Kelas Menengah Akan Miskin: Tanda-Tanda serta Ancaman Nyata

Tanggal: 17 Okt 2024 14:46 wib.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global serta domestik, kelas menengah di Indonesia menghadapi ancaman serius. Penurunan daya beli, kenaikan inflasi, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi membawa risiko bahwa kelas menengah akan semakin rentan terjerumus ke dalam kemiskinan. Fenomena ini telah menjadi perhatian utama para ekonom yang memperingatkan tentang potensi penurunan status ekonomi kelompok ini.

 

Inflasi Menekan Daya Beli Kelas Menengah

Salah satu penyebab utama tergerusnya daya beli kelas menengah adalah inflasi yang meningkat. Kenaikan harga kebutuhan pokok, transportasi, serta energi memaksa rumah tangga kelas menengah untuk melakukan penghematan. Pengeluaran yang sebelumnya dapat mereka tanggung dengan mudah kini mulai menggerus anggaran bulanan mereka, sehingga banyak keluarga harus menunda pengeluaran yang bersifat konsumtif atau bahkan kebutuhan sekunder seperti pendidikan serta kesehatan.

 

Inflasi ini semakin diperparah dengan kurangnya pertumbuhan upah yang signifikan di sektor formal. Banyak pekerja kelas menengah mengalami stagnasi pendapatan, sementara biaya hidup terus meningkat. Akibatnya, mereka tidak lagi memiliki fleksibilitas finansial yang sama, serta kemampuan untuk menabung semakin berkurang.

 

Ancaman Kemiskinan bagi Kelas Menengah Rentan

Kelas menengah di Indonesia memiliki kelompok yang terkenal sebagai aspiring middle class atau kelas menengah yang baru saja naik dari kelas bawah. Mereka adalah kelompok yang paling rentan terhadap penurunan status ekonomi, terutama jika terjadi guncangan ekonomi lebih lanjut. Sebelum pandemi, kelompok ini diperkirakan mendekati 50% dari total populasi.

 

Namun, dampak pandemi COVID-19 serta krisis ekonomi global membuat banyak dari mereka jatuh kembali ke garis kemiskinan.

 

Menurut data terbaru, persentase kelas menengah di Indonesia menurun pasca-pandemi, dari yang sebelumnya sekitar 17,13% dari total penduduk menjadi jumlah yang lebih kecil. Mereka yang tidak benar-benar miskin, tetapi hidup di sekitar garis kemiskinan, sangat rentan jika tidak ada intervensi yang memadai dari pemerintah.

 

Menipisnya Konsumsi Domestik

Kelas menengah memiliki peran penting dalam menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui konsumsi domestik. Penurunan daya beli mereka otomatis berdampak pada konsumsi yang menurun. Hal ini berdampak negatif terhadap sektor usaha kecil serta menengah, yang sangat bergantung pada konsumsi domestik untuk bertahan hidup. Beberapa perusahaan bahkan mulai mengalami penurunan penjualan, memicu ketidakstabilan dalam rantai pasok serta tenaga kerja.

 

Dengan daya beli yang melemah, sektor ritel serta jasa juga terkena imbas. Kelas menengah yang sebelumnya menjadi penggerak utama ekonomi mulai mengurangi pengeluaran mereka, yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan di sektor-sektor ini. Dalam jangka panjang, ini dapat memperburuk kesenjangan sosial serta memperlebar jurang antara kelompok kaya serta miskin.

 

Pengaruh Faktor Eksternal

Tidak hanya faktor domestik, kondisi ekonomi global juga menjadi salah satu faktor yang memperburuk situasi kelas menengah di Indonesia. Ketidakstabilan ekonomi global, seperti fluktuasi harga komoditas, perang dagang, serta krisis energi, membuat Indonesia lebih rentan terhadap guncangan ekonomi eksternal. Dalam kondisi ini, kelas menengah yang tidak memiliki tabungan serta aset yang cukup kuat menjadi lebih rentan.

 

Jika Indonesia terkena guncangan ekonomi dari luar, seperti penurunan ekspor atau ketidakstabilan harga komoditas, maka daya tahan ekonomi domestik, terutama kelas menengah, akan semakin melemah. Tanpa langkah-langkah mitigasi yang tepat, risiko penurunan status ekonomi akan semakin nyata.

 

Solusi yang Perlu Segera Diterapkan

Untuk mencegah lebih banyak kelas menengah jatuh ke dalam kemiskinan, pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah strategis. Kebijakan yang mendukung stabilisasi harga kebutuhan pokok menjadi sangat penting. Selain itu, penciptaan lapangan kerja dengan pendapatan yang layak serta peningkatan akses terhadap program bantuan sosial harus segera diimplementasikan.

 

Pemerintah juga perlu mendorong kebijakan fiskal yang mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif. Dengan mendorong investasi di sektor-sektor yang dapat menyerap tenaga kerja, khususnya di daerah-daerah yang masih tertinggal, risiko penurunan kelas menengah dapat ditekan. Selain itu, penguatan sistem jaminan sosial juga menjadi langkah yang harus diutamakan.

Untuk berita ekonomi lainnya, kunjungi tampang.com.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved