Kelahiran Banteng Jawa di Pangandaran Jadi Titik Cerah Pelestarian Satwa Langka
Tanggal: 31 Jul 2025 08:01 wib.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat mengumumkan kabar menggembirakan: lahirnya seekor anak Banteng Jawa betina di Pusat Reintroduksi Banteng Jawa, Pangandaran. Bayi banteng yang lahir pada Minggu pagi, 27 Juli pukul 06.00 WIB ini, menjadi simbol harapan baru bagi upaya pelestarian spesies endemik yang terancam punah tersebut.
Anak banteng ini merupakan keturunan dari induk bernama Uchi, salah satu dari empat banteng yang dilepasliarkan pada peresmian pusat reintroduksi oleh Menteri Kehutanan, 11 Desember 2024 lalu. Kepala BBKSDA Jawa Barat, Agus Arianto, menyebut kelahiran ini sebagai bukti keberhasilan pendekatan konservasi semi-alami yang mereka terapkan.
Nama “Exploitasia” diberikan oleh Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, sebagai lambang semangat pelestarian hayati Asia. Direktur Jenderal KSDAE, Satyawan Pudyatmoko, turut menyambut baik kabar ini, menyebutnya sebagai tonggak penting dalam upaya menyelamatkan satwa langka Jawa.
Pusat reintroduksi di kawasan Cagar Alam Pananjung ini dibangun sejak populasi banteng dinyatakan punah di area tersebut pada 2023. Saat ini, kawasan seluas lima hektare itu dihuni dua pasang banteng yang merupakan hasil kolaborasi tiga lembaga konservasi: Taman Safari Bogor, Prigen, dan Gianyar. Induk Exploitasia, Uchi, berasal dari Taman Safari Bogor.
Sebanyak sembilan petugas bertugas menjaga kesejahteraan banteng di kawasan ini, termasuk pemantauan kesehatan dan pengawasan reproduksi. Konsep semi-alami diterapkan agar banteng bisa beradaptasi secara bertahap sebelum kembali hidup liar sepenuhnya.
Program ini merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Kehutanan, BBKSDA Jabar, Taman Safari Indonesia, Pemerintah Kabupaten Pangandaran, masyarakat setempat, dan dukungan sektor swasta seperti PT Star Energy Geothermal Darajat II Limited.
Lahirnya Exploitasia menunjukkan bahwa konservasi kini bukan sekadar slogan, melainkan tindakan nyata. Pangandaran kini tak hanya dikenal karena wisata alamnya, tetapi juga sebagai simbol kebangkitan spesies langka yang pernah hilang dari tanah asalnya.