Kekayaan Djoko Susanto, Pemilik Alfamart yang Akuisisi Lawson
Tanggal: 15 Mei 2025 20:01 wib.
Djoko Susanto adalah sosok penting dalam industri ritel di Indonesia, dikenal sebagai pemilik jaringan minimarket Alfamart yang telah berkembang pesat. Kini, Alfamart telah memiliki lebih dari 20.000 gerai di seluruh Indonesia dan lebih dari 1.400 toko di Filipina. Keberhasilan ini membuatnya masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia menurut Forbes.
Berdasarkan informasi dari Real Time Billionaires Forbes per tanggal 15 Mei 2025, kekayaan Djoko Susanto diperkirakan mencapai 3,5 miliar dollar AS, yang setara dengan sekitar Rp 57,96 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.561 per dollar AS. Meskipun memiliki kekayaan yang sangat besar, perjalanan hidupnya tidaklah mudah. Djoko pernah terpaksa putus sekolah pada pertengahan tahun 1966 ketika pemerintah Indonesia menutup sekolah-sekolah Tionghoa.
Djoko lahir sebagai anak keenam dari sepuluh bersaudara dalam keluarga sederhana yang menjalankan usaha kelontong di pasar tradisional di Jakarta. Sejak usia dini, ia terbiasa membantu orang tuanya berjualan, dan pengalaman inilah yang membentuk naluri bisnisnya. Pada usia 17 tahun, ia mulai mengelola warung makan keluarga dan bertransisi menjadi kios rokok, menandai awal mula karier bisnisnya yang menjanjikan.
Kesuksesannya dalam berjualan rokok menarik perhatian sosok penting seperti Putera Sampoerna, yang merupakan pemilik perusahaan rokok PT HM Sampoerna. Pada awal tahun 1980-an, Djoko dan Putera Sampoerna sepakat untuk membuka 15 kios ritel di Jakarta, yang akhirnya bertransformasi menjadi Alfa Toko Gudang Rabat, cikal bakal dari Alfamart.
Djoko mendirikan perusahaan PT Alfa Mitramart Utama pada tahun 1989, yang bergerak di bidang distribusi dan grosir. Dalam waktu sepuluh tahun, tepatnya pada tahun 1999, minimarket pertama Alfamart dibuka di Karawaci, Tangerang. Konsep toko ritel ini menawarkan berbagai barang kebutuhan pokok dan harian, dan seiring berjalannya waktu, Alfamart tumbuh menjadi salah satu jaringan ritel terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara.
Pada tahun 2005, ketika keluarga Sampoerna memutuskan untuk menjual bisnis ritelnya kepada Philip Morris International, Djoko Susanto mengambil langkah strategis dengan membeli seluruh saham Alfamart melalui PT Sigmantara Alfindo, yang menjadikannya pemegang saham mayoritas dan pengendali penuh bisnis.
Belakangan ini, Djoko Susanto kembali mencuri perhatian pasar dengan melakukan akuisisi terhadap jaringan Lawson. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), yang merupakan induk usaha Alfamart, resmi mengakuisisi saham PT Lancar Wiguna Sejahtera, perusahaan pemegang waralaba Lawson di Indonesia. Transaksi ini mencapai nilai Rp 200,45 miliar dan diumumkan melalui laman resmi Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia.
Lawson, yang berasal dari Jepang, dikenal sebagai jaringan convenience store yang menyediakan berbagai makanan dan minuman siap saji. Meskipun awalnya dimiliki oleh Daiei Inc., kini jaringan Lawson di Indonesia sebagai bagian dari PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) menarik perhatian Djoko Susanto, yang kini menguasai 77,09 persen saham MIDI melalui akuisisi tersebut.
Dengan akuisisi ini, Lawson, yang sebelumnya merupakan perusahaan cucu, kini sepenuhnya berada di bawah kendali Alfamart. Siapa sangka bahwa Djoko Susanto tidak hanya mengejar kesuksesan dalam bisnis, tetapi juga melibatkan keluarganya dalam pengelolaan perusahaan. Beberapa anaknya, seperti Feny, Budiyanto, dan Harryanto, aktif dalam jajaran direksi dan komisaris. Dua anaknya yang lain, Hanto dan Rita, terlibat dalam bisnis properti dan pendidikan melalui Yayasan Bunda Mulia yang didirikannya sejak tahun 1986.
Alfamart juga ekspansi ke pasar internasional melalui Alfamart Retail Asia Pte Ltd yang berbasis di Singapura, mengelola jaringan toko di Filipina. Kesuksesan Djoko dalam meraih prestasi di sektor ritel menandakan bahwa ia tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan bisnis domestik, tetapi juga mampu bersaing secara global. Selain itu, di luar Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya memiliki berbagai anak usaha, menunjukkan diversifikasi bisnis yang menjanjikan.