Keadilan Energi: Indonesia Berjibaku dengan Ketahanan Bahan Bakar
Tanggal: 1 Agu 2024 16:35 wib.
Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi dan Kepala BKPM, mengungkapkan kekhawatiran mengenai ketahanan energi Indonesia. Menurutnya, Indonesia sangat rentan dalam hal ketahanan energi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, terutama di Asia Tenggara. Saat ini, Indonesia tidak memiliki cadangan bahan bakar minyak (BBM) nasional yang cukup, yang dapat digunakan dalam kondisi darurat. Negara ini hanya mengandalkan cadangan operasional 21 hari milik PT Pertamina (Persero).
Dalam pandangan Bahlil, cadangan ideal BBM nasional Indonesia seharusnya mencapai 90 hari apabila mengacu pada standar internasional. Sedangkan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Singapura, memiliki cadangan BBM nasional mencapai 60 hari. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki stok BBM yang paling kecil di kawasan Asia Tenggara, mengingat populasi penduduk yang besar.
Bahlil lebih lanjut menekankan bahwa keadaan ini sangat mengkhawatirkan, terutama jika Indonesia menghadapi potensi invasi atau perang dengan negara lain di masa depan. Ia juga mengingatkan bahwa pada masa kejayaannya sebagai anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Indonesia mampu memproduksi 1,6 juta barel minyak per hari. Pada periode tersebut, sebanyak 40-50 persen pendapatan negara berasal dari sektor minyak mentah. Namun, saat ini produksi minyak hanya sekitar 600 ribu barel per hari, sedangkan konsumsi minyak dalam negeri mencapai 1,6 juta barel.
Dalam konteks ini, Bahlil menyoroti ketidakadegan infrastruktur minyak, termasuk kilang minyak yang memadai dan kapasitas penyimpanan minyak yang terbatas hanya untuk 21 hari. Hal ini membuat Indonesia sangat rentan dalam hal ketahanan energi, terutama dalam situasi konflik atau darurat. Bahlil menyampaikan pandangannya ini dalam acara Program Economic Update di CNBC Indonesia, di mana ia menegaskan perlunya menjalankan strategi hilirisasi sumber daya alam untuk memperkuat ketahanan energi Indonesia.
Memperluas infrastruktur minyak, termasuk membangun kilang minyak yang lebih besar serta meningkatkan kapasitas penyimpanan minyak menjadi hal yang sangat penting bagi Indonesia. Dengan kondisi saat ini yang menunjukkan adanya ketimpangan antara produksi dan konsumsi, serta ketergantungan pada cadangan operasional PT Pertamina, langkah-langkah tindakan tersebut menjadi prioritas bagi pemerintah.
Keberlangsungan ketahanan energi juga menjadi esensial dalam konteks ekonomi dan geopolitik global. Sebagai salah satu negara berkembang terbesar di dunia, penyediaan energi yang stabil dan berkelanjutan akan berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial di Indonesia. Dengan memperhatikan fakta bahwa sumber daya energi tidak akan bertahan selamanya, upaya untuk memperkuat ketahanan energi menjadi sangat krusial bagi masa depan negara ini.
Selain itu, kebijakan energi yang inklusif dan berkelanjutan juga penting untuk memastikan bahwa kebutuhan energi masyarakat terpenuhi, sambil mempertahankan keseimbangan lingkungan. Indonesia, sebagai negara dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia, membutuhkan kebijakan yang tidak hanya memusatkan pada aspek pemanfaatan sumber daya energi, tetapi juga pada aspek aksesibilitas, keadilan, dan keberlanjutan energi bagi seluruh rakyatnya.