Kartu Pos Harapan untuk Indonesia: Pameran Seni Menyambut Kemerdekaan ke-80 RI
Tanggal: 13 Agu 2025 09:34 wib.
Menjelang perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80, suasana seni dan kreativitas menghangatkan Jakarta melalui sebuah pameran unik di ASHTA District 8. Pameran ini menampilkan karya-karya visual berformat kartu pos yang memuat beragam harapan untuk masa depan Indonesia. Dengan tema yang sarat makna, para seniman menuangkan aspirasi mereka ke dalam media yang sederhana namun intim: selembar kartu pos. Pameran ini bukan sekadar ajang memamerkan karya, melainkan ruang untuk menyampaikan rasa cinta, kepedulian, dan visi tentang arah bangsa ke depan.
Salah satu ilustrator yang turut berpartisipasi, Winny Astrini, mengungkapkan alasan di balik pemilihan media kartu pos sebagai wadah berekspresi. Menurutnya, ukuran kartu pos yang kecil justru menciptakan kedekatan emosional dengan penonton. Baginya, karya ini tidak hanya menjadi representasi visual, tetapi juga wujud rasa memiliki terhadap Indonesia. “Bisa menuangkan harapan lewat bentuk sekecil kartu pos justru membuat saya merasa lebih dekat dengan penonton. Ini bukan hanya tentang karya, tapi tentang rasa memiliki terhadap Indonesia,” ujarnya.
Pameran bertajuk POSCART: Hope for Indonesia ini dibuka sejak 7 Agustus dan akan berlangsung hingga 17 Agustus 2025. Selama sepuluh hari, pengunjung dapat menikmati 80 karya seni yang dipajang di atrium utama ASHTA District 8. Dari jumlah tersebut, delapan karya merupakan ilustrasi spesial dari seniman terpilih yang mendapatkan tantangan unik: menginterpretasikan wewangian menjadi bentuk visual. Eksperimen ini menghasilkan kombinasi antara seni rupa dan seni aroma yang memikat indera.
Leonardo, Senior Manager Center Experience ASHTA District 8, menjelaskan bahwa proyek kolaboratif ini melibatkan seniman-seniman muda dengan perspektif yang segar. Sementara itu, Jeffery Ng selaku pendiri Project 1945 Perfumery, memaparkan bahwa salah satu karya unggulan adalah interpretasi aroma “Symphonies of Borobudur” oleh Winny Astrini. Selain Winny, terdapat tujuh seniman lain yang menghidupkan aroma khas daerah Indonesia menjadi ilustrasi: Kevin Satria dengan “Waters of Maluku”, Phantasien dengan “Princess of Java”, Sarkodit dengan “Fields of Ubud”, Nadya Noor dengan “Heiress of Minahasa”, Wulang Sunu dengan “The Great Batavia”, Satwika Kresna dengan “Sunset in Sumba”, dan Azis Wicaksono dengan “Bamboe Roencing”.
Keterlibatan mereka membuktikan bahwa seni dapat menembus batas medium. Tidak hanya melalui warna dan bentuk, tetapi juga melalui interpretasi dari aroma yang membangkitkan memori dan imajinasi. Pendekatan multisensori ini membuat pameran POSCART terasa berbeda dari pameran seni konvensional. Pengunjung tidak hanya “melihat” karya, tetapi juga merasakan narasi yang terkandung di dalamnya melalui indera penciuman.
Pameran ini juga menjadi bagian dari rangkaian menuju Pekan Raya Seni Ilustrasi dan Kreatif Jakarta atau Jakarta Illustration and Creative Arts Fair (JICAF) 2025 yang akan digelar bulan depan. Yoga Prathama, pengarah kreatif JICAF, mengungkapkan bahwa pada edisi ketiga ini, festival kreatif tahunan tersebut akan menonjolkan keberagaman dan keberanian berekspresi para seniman muda Indonesia. Semangat tersebut selaras dengan makna kemerdekaan, yaitu kebebasan untuk berkarya dan mengutarakan ide tanpa batas.
Dengan menggabungkan elemen seni visual, narasi personal, dan interpretasi aroma, POSCART: Hope for Indonesia menjadi lebih dari sekadar pameran. Ia adalah perayaan rasa, identitas, dan mimpi kolektif untuk masa depan negeri. Dalam momen menjelang kemerdekaan ke-80 ini, pameran tersebut mengajak publik tidak hanya untuk mengapresiasi karya, tetapi juga merenungkan peran kita masing-masing dalam mewujudkan harapan untuk Indonesia yang lebih baik.