Jangan Kaget! Harga BBM Pertalite Asli Bukan Lagi Rp10.000 per Liter
Tanggal: 27 Jun 2024 11:37 wib.
Berita mengenai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) seperti Pertalite (RON 90) telah diungkapkan oleh Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Sugeng Suparwoto. Harga asli Pertalite ternyata bukan lagi Rp 10.000 per liter, melainkan sudah menyentuh angka Rp 13.500 per liter. Sugeng menjelaskan bahwa harga produksi Pertalite sebenarnya kurang lebih Rp 12.400, namun kini telah merangkak naik menjadi Rp 13.500 per liter.
Hal ini tentu saja memberikan dampak yang cukup signifikan, terutama bagi masyarakat yang menggunakan BBM tersebut dalam kegiatan sehari-hari. Selain itu, kebijakan kenaikan harga ini juga menimbulkan berbagai pertimbangan terutama terkait dengan kemampuan daya beli masyarakat, kestabilan inflasi, dan kesejahteraan korporasi yang ditugaskan dalam penyaluran BBM.
Sugeng mengungkapkan bahwa selisih harga jual dengan harga asli Pertalite dapat menjadi beban bagi korporasi jika penyaluran BBM tersebut melebihi kuota yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu melebihi 31 juta kiloliter tahun ini. Bahkan, berdasarkan prognosa yang ada, penyaluran Pertalite diprediksi akan mencapai 32 juta kiloliter, sehingga memberikan tekanan tambahan bagi korporasi yang menyalurkan BBM tersebut.
Tak hanya itu, harga BBM jenis lainnya juga mengalami kenaikan. Harga Solar Subsidi misalnya, telah naik menjadi Rp 12.000-an per liter dari sebelumnya Rp 6.800 per liter. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, bahkan mengusulkan adanya kenaikan nilai subsidi solar sekitar Rp 1.000-3.000 per liter pada tahun 2025 mendatang.
Kenaikan harga BBM ini juga memberikan refleksi terhadap kemampuan daya beli masyarakat dan stabilitas APBN. Selain itu, aspek penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan antara kebutuhan energi masyarakat dengan keberlanjutan korporasi yang ditugaskan dalam penyaluran BBM. Sebagai contoh, kemampuan APBN untuk memberikan subsidi bagi harga BBM khususnya solar juga harus dipertimbangkan dengan cermat. Terlebih lagi, harga keekonomian solar yang mencapai Rp 12.100 per liter, sementara harga jual eceran hanya Rp 6.800 per liter, menjadi salah satu pertimbangan penting dalam menentukan subsidi yang diberikan.
Menurut Arifin, minyak solar masih banyak dipergunakan untuk transportasi darat, transportasi laut, kereta api, usaha perikanan, usaha pertanian, usaha mikro, dan pelayanan umum. Oleh karena itu, menjaga harga jual eceran minyak solar menjadi hal yang penting dalam mendukung keberlangsungan berbagai sektor tersebut.
Kenaikan harga BBM, termasuk Pertalite dan Solar, menjadi isu yang patut diperhatikan oleh masyarakat. Diperlukan kebijakan yang bijaksana dalam menentukan harga jual eceran BBM agar tidak memberikan beban yang berlebihan bagi masyarakat, namun tetap menjaga keberlangsungan korporasi yang ditugaskan dalam penyaluran BBM.