Israel Klaim Tewaskan Pemimpin Hizbullah dalam Serangan Udara di Beirut
Tanggal: 1 Agu 2024 08:38 wib.
Klaim bahwa militer Israel berhasil menewaskan salah satu komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr atau dikenal juga dengan Sayyid Muhsan di Beirut telah mengejutkan banyak pihak. Serangan udara yang dilakukan oleh Israel di Beirut, Lebanon pada Selasa (30/7) telah menimbulkan polemik di tingkat internasional.
Fuad Shukr dikenal sebagai tangan kanan dan penasihat perang dari Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nassralah. Menurut militer Israel, Shukr adalah tokoh di balik serangkaian serangan Hizbullah terhadap Israel sejak 8 Oktober. Bahkan, tudingan terhadapnya menyatakan bahwa ia juga bertanggung jawab atas tewasnya 12 anak pada serangan di Majdal Shams, dataran tinggi Golan, pada Sabtu (27/7).
Kejadian ini kemudian mengundang reaksi dari pihak Hizbullah yang membantah keterlibatannya dalam serangan-serangan tersebut. Bagi Hizbullah, Fuad Shukr bukanlah sekadar anggota biasa, melainkan salah satu pimpinan tertinggi dalam struktur militer mereka, sejak pembentukan lebih dari 4 dekade silam.
Amerika Serikat (AS) juga memiliki pandangan kuat tentang peran Fuad Shukr dalam berbagai insiden kekerasan. Mereka menuduh Shukr terlibat dalam pengeboman barak militer Marinir AS di Beirut pada tahun 1983 yang menewaskan 241 personel militer AS. Sebagai konsekuensi, AS menawarkan hadiah sebesar 5 juta dolar bagi siapa pun yang berhasil menangkapnya.
Serangan udara Israel menargetkan satu kawasan sub-urban di Beirut yang mengakibatkan 74 orang terluka, beberapa di antaranya mengalami luka serius dan harus segera dilarikan ke Rumah Sakit Bahman yang berlokasi tak jauh dari situs ledakan.
Keberadaan Fuad Shukr sebagai tokoh sentral dalam jaringan Hizbullah menjadi pusat perhatian global. Pihak-pihak terkait konflik di kawasan Timur Tengah, seperti Israel, Lebanon, dan Amerika Serikat, kemudian terlibat dalam perdebatan serius terkait implikasi dari kematian seorang pemimpin militer senior Hizbullah tersebut.
Selain itu, serangan udara yang dilakukan oleh Israel memunculkan pertanyaan besar terkait tindakan militer yang melibatkan korban sipil dan konsekuensi humaniter yang mungkin timbul akibat insiden ini. Aksi agresif semacam ini dapat memicu ketegangan lebih lanjut, mengingat hubungan antara Israel dan Hizbullah yang sudah tegang.