Ironi Petani Garam Lokal, Produksi Melimpah Tapi Harga Anjlok di Tengah Gempuran Impor
Tanggal: 22 Mei 2025 10:20 wib.
Tampang.com | Para petani garam di sejumlah wilayah pesisir Indonesia kembali menghadapi masa sulit. Meski produksi garam tahun ini tergolong tinggi, harga di tingkat petani justru anjlok tajam hingga di bawah Rp300 per kilogram.
Produksi Tinggi, Tapi Tak Menguntungkan
Cuaca cerah dan musim kemarau panjang mendukung panen melimpah di daerah penghasil seperti Madura, Cirebon, dan Indramayu. Namun, alih-alih untung besar, petani justru merugi karena harga jual tak sebanding dengan biaya produksi.
“Satu karung besar cuma laku Rp15 ribu, padahal modalnya lebih dari itu,” keluh seorang petani di Sumenep.
Garam Impor Masih Mengalir
Di tengah panen raya, garam impor terus masuk ke Indonesia dengan alasan kebutuhan industri. Meski pemerintah menyebut garam industri berbeda kualitas, petani menilai masuknya garam luar tetap menekan harga lokal karena distribusi di pasar jadi tak terkendali.
Sejumlah asosiasi petani mendesak moratorium impor saat panen raya sebagai bentuk perlindungan terhadap petani kecil.
Perlu Kebijakan Serius
Para pengamat menilai situasi ini mencerminkan belum adanya perlindungan konkret terhadap garam lokal. Skema tata niaga dan kebijakan harga dasar dinilai belum berpihak pada produsen kecil yang rentan rugi saat harga jatuh.
Jika dibiarkan, profesi petani garam dikhawatirkan akan terus ditinggalkan generasi muda karena dianggap tak menjanjikan.