Sumber foto: Google

Investigasi Ungkap Kelalaian Kepala Gudang Amunisi dalam Insiden Ledakan Garut: Warga Sipil Terlibat Pemusnahan

Tanggal: 26 Mei 2025 23:04 wib.
Tampang.com | Garut – Hasil investigasi menyeluruh terhadap kasus ledakan tragis saat proses pemusnahan amunisi dan alat peledak di Garut, Jawa Barat, telah mengindikasikan adanya kelalaian. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Kristomei Sianturi mengungkapkan bahwa kelalaian tersebut dilakukan oleh Kolonel Cpl Antonius Hermawan, selaku Kepala Pusat Gudang Amunisi (Kagupusmu) 3 Pusat Peralatan TNI AD, yang juga menjadi salah satu korban meninggal dalam insiden tersebut. “Jadi investigasi menyatakan bahwa ada kelalaian tadi dari Almarhum sebagai Kagupusmu bahwa masyarakat sipil tadi ikut dalam peledakan. Nah, kesalahan sebenarnya di situ,” ujar Kristomei di Gedung DPR RI, Senin (26/5/2025).


Peran Warga Sipil yang Menyimpang dari Prosedur

Mayjen Kristomei Sianturi menjelaskan perkembangan hasil investigasi terkait insiden ledakan di Garut. Menurutnya, warga sipil yang turut menjadi korban dalam ledakan tersebut biasanya hanya dipekerjakan untuk membantu tugas-tugas pendukung, seperti mengangkat barang atau menyediakan konsumsi. Mereka tidak seharusnya terlibat langsung dalam proses yang berisiko tinggi.


Keterlibatan Warga Sipil dalam Proses Pemusnahan Amunisi

Namun, dalam insiden ledakan pada 12 Mei 2025 kemarin, justru ditemukan fakta bahwa para warga sipil tersebut ikut serta dalam proses pemusnahan amunisi dan alat peledak kedaluwarsa. Ini menjadi titik krusial yang disoroti oleh tim investigasi. “Biasanya mereka hanya membantu dalam rangka, misalnya tugas-tugas membantu, misalnya mengangkat barang, kemudian memasak. Tidak dilibatkan dalam ledakan,” kata Kristomei.


Pelanggaran Prosedur oleh Almarhum Kepala Gudang

Kristomei menegaskan bahwa hasil investigasi menunjukkan adanya kesalahan prosedur yang dilakukan oleh Kolonel Cpl Antonius Hermawan. "Nah, hasil investigasi itu menyatakan bahwa ada kesalahan prosedur yang dilakukan oleh almarhum. Almarhum sudah meninggal, bahwa ternyata masyarakat sipil ini ikut terlibat dalam peledakan itu,” sambungnya, menggarisbawahi bahwa pelanggaran prosedur ini menjadi penyebab utama fatalnya insiden.


Evaluasi dan Pembaruan SOP Pemusnahan Amunisi

Menyikapi hasil investigasi ini, TNI dan Komisi I DPR RI telah bersepakat untuk segera mengevaluasi dan memperbarui standar operasional prosedur (SOP) pemusnahan amunisi dan alat peledak kedaluwarsa. Langkah ini diambil untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.


Sifat Amunisi Kedaluwarsa yang Sangat Berisiko

Kristomei menjelaskan urgensi pembaruan SOP, mengingat sifat amunisi kedaluwarsa yang sangat tidak stabil dan berisiko tinggi. “Namanya amunisi yang kedaluwarsa, itu kan sifatnya tidak normal. Gesekan sedikit saja bisa membuat dia meledak. Makanya nanti ke depan ini setelah hasil investigasi tadi, kita akan memperbarui, meng-update SOP-nya, termasuk melengkapi perlengkapan-perlengkapan dalam rangka peledakan tadi. Itu dari hasil rapat tadi,” pungkas Kristomei, menekankan pentingnya peralatan yang memadai.


Kronologi Insiden Tragis di Pantai Cibalong

Seperti diketahui, insiden ledakan yang bersumber dari pemusnahan amunisi tidak layak pakai ini terjadi di Pantai Cibalong, Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, pada Senin, 12 Mei 2025. Peristiwa memilukan ini menarik perhatian publik dan memicu investigasi mendalam dari pihak berwenang.


Detik-detik Ledakan di Lubang Amunisi Afkir

Kadispenad Brigjen TNI Wahyu Yudhayana sebelumnya mengungkapkan bahwa ledakan amunisi terjadi di salah satu lubang amunisi afkir atau tidak layak pakai. Jajaran Gudang Pusat Amunisi dan Pusat Peralatan TNI AD telah melakukan pengecekan prosedur dan lokasi pada Senin pukul 09.30 WIB sebelum insiden terjadi.


Penyusunan Detonator Menjadi Momen Kritis

Brigjen Wahyu menjelaskan bahwa terdapat satu lubang sumur lain yang peruntukannya khusus untuk menghancurkan detonator, termasuk sisa detonator yang berkaitan dengan amunisi tidak layak pakai tersebut. Tiba-tiba terjadi ledakan di lubang tersebut saat tim penyusun amunisi sedang menyusun detonator, menandai momen kritis pemicu tragedi.


Jumlah Korban Jiwa: 9 Sipil dan 4 Militer

Akibat insiden ledakan ini, sebanyak 13 orang meninggal dunia. Korban jiwa terdiri dari 9 warga sipil yang sebelumnya dipekerjakan untuk tugas pendukung, dan 4 orang anggota militer yang terlibat dalam proses pemusnahan. Tragedi ini menjadi pelajaran pahit akan pentingnya kepatuhan terhadap prosedur keselamatan dalam penanganan material berbahaya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved