Intai Anak Malnutrisi, Norovirus Jadi Ancaman Kesehatan Baru Untuk Anak Kita
Tanggal: 25 Apr 2025 15:18 wib.
Norovirus termasuk dalam kategori virus enterovirus yang bertanggung jawab atas kasus diare. Di Indonesia, norovirus berada pada peringkat kedua dalam prevalensinya setelah rotavirus. Namun, sangat disayangkan, hingga saat ini belum ada vaksin yang dikembangkan untuk mengatasi infeksi norovirus, sehingga pengendalian penyebarannya menjadi lebih menantang.
Anisa Lailatul Fitria, seorang dosen gizi di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan peneliti di Kelompok Studi Viral Diarrhea, Institute of Tropical Disease, Universitas Airlangga (UNAIR), menjelaskan potensi ancaman yang ditimbulkan oleh norovirus, khususnya bagi anak-anak di Indonesia.
Menurut Anisa, norovirus berpotensi menjadi penyebab utama diare ketika kasus rotavirus sudah dapat dikendalikan melalui vaksinasi. Hal ini disebabkan belum adanya vaksin norovirus sehingga virus ini tetap bisa menjadi masalah signifikan di kalangan masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa negara-negara dengan cakupan vaksin rotavirus yang tinggi cenderung mengalami peningkatan prevalensi infeksi norovirus.
Lebih lanjut, Anisa menjelaskan bahwa norovirus memiliki kemampuan replikasi dan penyebaran yang cepat karena tergolong sebagai virus RNA. Penelitiannya membuktikan bahwa anak-anak yang terinfeksi norovirus, baik yang menunjukkan gejala maupun tidak, biasanya mengalami kesulitan dalam menyerap nutrisi akibat adanya peradangan di usus.
Anak-anak yang mengalami malnutrisi memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi norovirus. Hal ini disebabkan oleh sistem imun mereka yang cenderung lebih lemah. Kekurangan nutrisi dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga membuat anak-anak menjadi lebih rentan terhadap berbagai agen penyakit. Sayangnya, masih banyak orang yang tidak memahami perbedaan antara diare yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.
Anisa menjelaskan perbedaan yang kentara antara keduanya: diare akibat infeksi virus biasanya menghasilkan tinja yang cair dengan sedikit ampas, sedangkan diare yang disebabkan infeksi bakteri seringkali disertai dengan lendir atau bahkan darah dalam tinja. Selain itu, diare yang berasal dari infeksi virus juga dapat menyebabkan dehidrasi yang signifikan karena kehilangan cairan melalui tinja, yang dalam beberapa kasus dapat berujung pada kematian jika tidak segera ditangani.
Untuk itu, langkah-langkah pencegahan sangat penting untuk diterapkan guna mencegah penyebaran norovirus secara masif. Anisa menekankan pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai kunci utama dalam mencegah infeksi norovirus. Edukasi kepada masyarakat, terutama kepada ibu dan pengasuh anak, mengenai risiko dan langkah-langkah pencegahan infeksi sangatlah krusial.
Selain itu, perhatian juga mesti diberikan pada hewan peliharaan, karena norovirus dapat ditularkan melalui feses hewan seperti kucing dan anjing. Penelitian yang dilakukan oleh Anisa dan timnya bertujuan untuk memproduksi informasi yang dapat digunakan untuk penanganan virus ini agar tidak terjadi wabah yang lebih luas dan dapat mengurangi penyebarannya. Jadi, meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai norovirus dan upaya pencegahannya adalah hal yang perlu dilakukan bersama-sama demi kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak yang paling rentan.