Sumber foto: Kompas.com

Insiden Ledakan Amunisi Garut: Panglima TNI Ungkap Status Sipil Korban dan Komitmen Perbarui SOP

Tanggal: 26 Mei 2025 23:00 wib.
Tampang.com | Garut – Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto akhirnya mengungkapkan identitas korban warga sipil yang tewas dalam insiden ledakan amunisi di Garut, Jawa Barat. Menurut Jenderal Agus, para korban sipil tersebut adalah tukang masak dan pegawai yang bekerja di lokasi pemusnahan amunisi. Pernyataan ini disampaikan Agus menyusul temuan Komnas HAM yang sebelumnya melaporkan adanya 21 orang dipekerjakan untuk membantu proses pemusnahan amunisi afkir TNI dengan upah rata-rata Rp 150.000 per hari.


Bukan Bagian Langsung dari Proses Pemusnahan

Jenderal Agus Subiyanto menegaskan bahwa secara prosedur, TNI tidak melibatkan warga sipil dalam kegiatan pemusnahan bahan peledak yang sudah kedaluwarsa. "Sebenarnya kita tidak melibatkan warga sipil dalam pemusnahan bahan peledak yang sudah expired. Sebenarnya masalah ke sipil itu tukang masak dan pegawai di situ," kata Agus, usai rapat tertutup di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (26/5/2025), menjelaskan peran asli para korban.


Kesalahan Prosedur oleh Kepala Gudang Amunisi

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayor Jenderal Kristomei Sianturi, menambahkan bahwa meskipun sejatinya TNI tidak melibatkan warga sipil dalam proses peledakan, sayangnya terjadi kesalahan prosedur yang dilakukan oleh Kepala Gudang Pusat Amunisi (Kagupusmu), Kolonel Cpl Antonius Hermawan. Kolonel Antonius yang juga menjadi salah satu korban meninggal dari peristiwa ini, diduga melibatkan warga sipil dalam proses peledakan yang sangat berisiko.


Hasil Investigasi Ungkap Pelanggaran Prosedur

"Hasil investigasi itu menyatakan bahwa ada kesalahan prosedur yang dilakukan oleh almarhum. Almarhum sudah meninggal, bahwa ternyata masyarakat sipil ini ikut terlibat dalam ledakan itu. Nah, itulah yang bisa menjadi korban tadi," ucap Mayor Jenderal Kristomei, menguatkan temuan awal investigasi terkait penyebab fatalnya insiden tersebut.


Komitmen Pembaruan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Atas kejadian tragis ini, TNI melalui Kepala Pusat Peralatan Angkatan Darat (Kapuspalad) berkomitmen untuk segera memperbarui standar operasional prosedur (SOP) agar insiden serupa tidak terulang di kemudian hari. Pembaruan ini mencakup aspek pencegahan dan penanganan amunisi kedaluwarsa yang sangat rentan.


Amunisi Kadaluwarsa Rentan Meledak

Mayor Jenderal Kristomei menjelaskan bahwa amunisi kadaluarsa memiliki sifat abnormal, yang membuatnya sangat rentan meledak bahkan akibat gesekan kecil atau perbedaan suhu. "Gesekan sedikit saja bisa membuat dia meledak. Makanya nanti ke depan ini setelah hasil investigasi tadi, kita akan memperbarui, meng-update SOP-nya, termasuk melengkapi perlengkapan-perlengkapan dalam rangka peledakan tadi," ujar dia, menegaskan pentingnya peningkatan keselamatan.


Kronologi Insiden di Pantai Cibalong, Garut

Insiden ledakan yang bersumber dari pemusnahan amunisi tidak layak pakai ini terjadi di Pantai Cibalong, Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, pada Senin, 12 Mei 2025. Peristiwa ini menjadi perhatian serius bagi TNI dan pemerintah.


Pengecekan Awal Dinyatakan Aman

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana sebelumnya mengungkapkan bahwa ledakan amunisi terjadi di salah satu lubang amunisi afkir atau tidak layak pakai. Ia menjelaskan bahwa jajaran Gudang Pusat Amunisi dan Pusat Peralatan TNI AD telah melakukan pengecekan prosedur dan lokasi pada Senin pukul 09.30 WIB. "Pada awal kegiatan secara prosedur telah dilaksanakan pengecekan terhadap personel maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan dan semuanya dinyatakan dalam keadaan aman," ujar Wahyu dalam konferensi persnya.


Peledakan Detonator Memicu Ledakan Fatal

Brigjen Wahyu menjelaskan bahwa tim penyusun amunisi dari TNI AD melakukan persiapan pemusnahan di dalam dua lubang sumur yang disiapkan. Peledakan di dua sumur tersebut berhasil dilakukan dengan sempurna dan dinyatakan aman. Namun, terdapat satu lubang sumur lain yang peruntukannya untuk menghancurkan detonator, termasuk sisa detonator yang ada berkaitan dengan amunisi tidak layak pakai.


Detik-detik Tragis dan Jumlah Korban Jiwa

“Saat tim penyusun amunisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut, secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia," ujar Wahyu. Tragedi ini menelan korban jiwa, terdiri dari 9 warga sipil dan 4 orang anggota militer, menjadi duka mendalam dan pengingat akan pentingnya disiplin prosedur dalam penanganan material peledak.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved