Sumber foto: Unsplash

Pakar Menyatakan Indonesia Tidak Terkena Gelombang Panas di Asia Tenggara

Tanggal: 10 Mei 2024 08:13 wib.
Kenaikan suhu yang mempengaruhi beberapa kota di Indonesia bukan bagian dari gelombang panas yang saat ini melanda sebagian besar wilayah Asia Tenggara, demikian kata Deputi Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia, Guswanto.

Dalam konferensi pers pada 3 Mei, Guswanto mengatakan bahwa meskipun kenaikan suhu di sejumlah kota di Indonesia telah konsisten selama lima hari terakhir, namun hal tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai gelombang panas.

Menurut pakar tersebut, sebagian besar wilayah Asia Tenggara saat ini sedang dilanda gelombang panas yang telah melampaui rekor suhu dari Myanmar hingga Filipina dan memaksa jutaan anak untuk tinggal di rumah dari sekolah.

Otoritas Thailand telah mengeluarkan peringatan tentang "kondisi yang parah", sementara otoritas di Kamboja, Myanmar, Vietnam, India, dan Bangladesh semuanya memperkirakan suhu di atas 40 derajat Celsius, tambahnya.

Para pakar telah mengatakan bahwa perubahan iklim menyebabkan gelombang panas yang lebih sering terjadi, lebih intens, dan berlangsung lebih lama. Fenomena cuaca El Nino juga telah memainkan peran dalam membawa lebih banyak panas ke wilayah Asia tahun ini.

Selama seminggu terakhir, gelombang panas ekstrem telah melanda banyak daerah di Asia Selatan dan Tenggara, mengganggu kehidupan sehari-hari dan mengancam kesehatan masyarakat.

Menurut Guswanto, meskipun beberapa kota di Indonesia mengalami kenaikan suhu, namun tidak mencapai tingkat yang dianggap sebagai gelombang panas. Hal ini disebabkan oleh pola cuaca dan faktor-faktor lokal yang mempengaruhi suhu di wilayah tersebut.

Guswanto juga menegaskan bahwa BMKG akan terus memantau perkembangan cuaca, memperbarui informasi terkait prediksi suhu, dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat terkait kondisi cuaca ekstrem.

Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa meskipun ada kenaikan suhu di beberapa kota di Indonesia, namun hal ini tidak mengindikasikan adanya gelombang panas yang serupa dengan yang terjadi di wilayah lain di Asia Tenggara. Melalui analisis data yang detail, BMKG dapat menyoroti perbedaan kondisi cuaca di Indonesia dengan negara-negara tetangga.

Selain itu, perlu adanya kerja sama antarlembaga dan komunitas internasional dalam mengatasi dampak dari perubahan iklim dan fenomena cuaca ekstrem. Hal ini termasuk dalam upaya untuk memahami pola cuaca global dan memitigasi efek dari gelombang panas yang semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Asia Tenggara.

Dengan demikian, Indonesia dapat memperoleh manfaat dari berbagai upaya perlindungan lingkungan dan adaptasi terhadap perubahan iklim, sehingga dapat melindungi masyarakat dan sumber daya alam dari dampak yang ditimbulkan oleh kondisi cuaca ekstrem.

Publik dan pemerintah Indonesia dapat mengambil langkah-langkah yang lebih proaktif dalam menghadapi perubahan iklim dan fenomena cuaca ekstrem dengan menggali lebih dalam informasi dan analisis dari lembaga-lembaga terkait. Melalui kerjasama yang kokoh, mitigasi dan adaptasi terhadap cuaca ekstrem dapat menjadi lebih efektif, sehingga dapat melindungi masyarakat serta sumber daya alam Indonesia. Dengan begitu, Indonesia dapat tetap tegar menghadapi tantangan cuaca ekstrem dan mendukung upaya global untuk meredakan dampak perubahan iklim.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved