Indonesia-Prancis Perkuat Kolaborasi Fesyen dan Kriya ke Kancah Global

Tanggal: 31 Jul 2025 07:36 wib.
Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus mendorong daya saing talenta kreatif Tanah Air dengan mempererat kerja sama internasional, salah satunya bersama Prancis, dalam sektor fesyen dan kriya. Kolaborasi ini menjadi bagian dari strategi besar untuk membawa subsektor ekonomi kreatif Indonesia menembus panggung global.

“Pertukaran talenta, lokakarya kolaboratif, dan co-creation produk menjadi elemen kunci dalam mendorong subsektor fesyen dan kriya sebagai the new engine of growth sekaligus mendukung peningkatan daya saing ekraf secara global,” ujar Wakil Menteri Ekraf, Irene Umar, dalam keterangan pers, Rabu.

Wamen Ekraf menekankan bahwa kerja sama internasional bukan sekadar seremoni, melainkan harus berdampak nyata bagi para pelaku industri. Melalui transfer ilmu, perluasan jejaring bisnis, dan penguatan ekosistem lintas negara, kolaborasi ini diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan sektor fesyen dan kriya nasional.

Sejak akhir Mei 2025, kerja sama strategis antara Indonesia dan Prancis mendapatkan momentum baru melalui kunjungan kenegaraan Presiden Emmanuel Macron ke Jakarta. Dalam kunjungan itu, ditandatangani Nota Kesepahaman (MoU) yang mencakup kerja sama di berbagai subsektor ekonomi kreatif seperti fesyen, kriya, desain, film, hingga gim. MoU tersebut menjadi tonggak penting dalam membangun ekosistem kolaboratif yang berlandaskan inovasi dan nilai budaya antarbangsa.

Salah satu implementasi nyata dari kesepakatan tersebut adalah penguatan platform inkubasi kreatif PINTU, yang tahun ini menghadirkan program Residency dan Focus Week di Jakarta dan Yogyakarta. Program ini mempertemukan para desainer, perajin, dan pelaku industri kreatif dari Indonesia dan Prancis dalam ruang kerja kolaboratif untuk menciptakan karya bersama.

Duta Besar Prancis untuk Indonesia, H.E. Fabien Penone, memandang sektor kreatif sebagai alat diplomasi yang sangat efektif. Ia menegaskan bahwa kolaborasi budaya bukan hanya tentang seni atau ekspresi, tapi juga tentang strategi masa depan untuk menciptakan dunia yang lebih terbuka, inklusif, dan berkelanjutan. “Kami percaya bahwa budaya bukan hanya warisan, tetapi juga kekuatan yang mampu menyatukan bangsa-bangsa dan membuka peluang baru dalam kerja sama global,” tuturnya.

Senada dengan itu, Ketua Jakarta Fashion & Food Festival (JF3), Soegianto Nagaria, menilai PINTU sebagai ruang pertumbuhan yang memberi dampak nyata. Menurutnya, kolaborasi kreatif yang melibatkan desainer dan perajin dari dua negara memungkinkan terjadinya pertukaran nilai, bukan hanya dalam bentuk karya, tetapi juga dalam pendekatan, teknik, dan semangat kewirausahaan.

“Melalui PINTU, kami melihat bagaimana kerja sama bisa menciptakan dampak konkret. Desainer dan perajin tidak hanya memamerkan karya, tapi juga membangun jejaring, menciptakan produk bersama, dan berbagi nilai budaya,” ungkapnya.

Lebih dari sekadar kegiatan pameran, kerja sama ini turut mempertegas peran subsektor fesyen dan kriya dalam mendukung diplomasi budaya serta menjadikannya motor baru pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sejalan dengan program prioritas Sinergi Ekraf dalam Asta Ekraf, yang mendorong kemitraan lintas sektor dalam membangun ekosistem kreatif yang saling terhubung dan berdaya saing global.

Dengan semangat hexahelix—yang melibatkan pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, media, dan masyarakat—kolaborasi Indonesia-Prancis ini menjadi bukti bahwa ekonomi kreatif bukan hanya soal produk, tapi juga tentang membuka ruang masa depan yang lebih inklusif, kreatif, dan berkelanjutan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved