Indonesia Pimpin Langkah Global Lindungi Pengetahuan Tradisional: Apa Itu Traktat GRATK dan Mengapa Penting?
Tanggal: 11 Mei 2025 08:11 wib.
Tampang.com | Indonesia kembali menunjukkan komitmennya dalam memperjuangkan perlindungan pengetahuan tradisional dan sumber daya genetik di forum internasional. Dalam momen peringatan satu tahun pengesahan Traktat WIPO tentang Kekayaan Intelektual, Sumber Daya Genetik, dan Pengetahuan Tradisional yang Terkait (GRATK), Indonesia mengambil peran aktif dalam mendesak implementasi yang adil, inklusif, dan berdampak nyata.
Acara penting ini diselenggarakan oleh World Intellectual Property Organization (WIPO) pada tanggal 8 Mei 2025 di Jenewa, Swiss. Forum tersebut mempertemukan pejabat tinggi dari negara-negara anggota, organisasi internasional, serta perwakilan masyarakat adat, dalam rangka memperkuat kerja sama perlindungan kekayaan intelektual berbasis budaya dan alam.
Dalam kesempatan itu, Kuasa Usaha Ad Interim PTRI Jenewa, Duta Besar Achsanul Habib, menekankan pentingnya traktat ini bukan sekadar sebagai dokumen formal, tetapi sebagai simbol keberhasilan diplomasi multilateral yang memberikan manfaat konkret, terutama bagi negara-negara berkembang dan komunitas lokal.
“Ini bukan sekadar seremoni, tetapi bentuk perayaan dari sebuah diplomasi yang berdampak nyata,” ungkap Habib dalam keterangan resmi yang diterima CNBC Indonesia, Sabtu (10/5/2025).
Peran Strategis Indonesia dalam Proses Negosiasi Internasional
Sebagai Koordinator Like Minded Countries (LMC) dalam Komite Antar Pemerintah (IGC) WIPO, Indonesia memegang peranan strategis selama proses negosiasi hingga adopsi traktat GRATK. Indonesia mendorong agar prinsip-prinsip keadilan diadopsi dalam kebijakan internasional, termasuk:
Kewajiban Pengungkapan (Disclosure Requirement): Mengharuskan pemohon paten untuk mengungkap asal-usul sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional yang digunakan.
Pengakuan Hukum Adat: Mengakui sistem hukum tradisional masyarakat adat sebagai bagian dari sistem perlindungan kekayaan intelektual.
Langkah ini sangat penting untuk menghindari praktik biopiracy, yakni pengambilan atau pemanfaatan sumber daya genetik serta pengetahuan lokal secara ilegal atau tanpa persetujuan komunitas yang memiliki hak atasnya.
Konsultasi Nasional: Libatkan Komunitas Adat dan Pelaku Lokal
Tak hanya bergerak di tingkat internasional, Indonesia juga aktif di dalam negeri dengan menyelenggarakan konsultasi nasional yang inklusif. Ini dilakukan sebelum proses penandatanganan traktat, sebagai upaya untuk memastikan suara semua pemangku kepentingan, terutama komunitas adat, terdengar dalam perumusan kebijakan nasional.
Keterlibatan komunitas akar rumput menjadi sangat krusial. Mengingat bahwa banyak pengetahuan tradisional yang diwariskan turun-temurun, justru berasal dari masyarakat adat dan kelompok lokal yang selama ini kurang mendapatkan perlindungan hukum yang memadai.
Traktat GRATK: Jembatan Bagi Masa Depan Kekayaan Intelektual
Habib menegaskan bahwa traktat ini tidak dimaksudkan untuk membatasi inovasi atau kerja sama antarnegara, tetapi justru sebagai jembatan yang menghubungkan sistem kekayaan intelektual modern dengan warisan budaya dan sumber daya alam tradisional.
Traktat GRATK dinilai sebagai capaian penting dalam sejarah WIPO karena untuk pertama kalinya pengakuan terhadap hak komunitas lokal dan adat dimasukkan dalam sistem hukum kekayaan intelektual global secara formal dan legal.
“Traktat ini adalah jembatan, bukan hambatan,” tegas Habib.
Arah Implementasi: Panduan Nyata dan Penguatan Kapasitas
Indonesia juga secara aktif mendorong penyusunan panduan implementasi yang praktis, agar negara-negara anggota, khususnya yang berkembang, bisa menerapkan traktat ini secara efektif dan sesuai dengan kondisi lokal masing-masing.
Selain itu, Indonesia menyerukan program capacity building (penguatan kapasitas) agar negara-negara berkembang bisa membangun sistem perlindungan hukum yang kuat, serta memanfaatkan kekayaan intelektual sebagai alat pemberdayaan ekonomi dan pelestarian budaya.
Seruan Indonesia untuk Ratifikasi Global
Dalam forum tersebut, Indonesia juga mengajak lebih banyak negara untuk ikut meratifikasi dan melaksanakan traktat GRATK, karena pengakuan terhadap pengetahuan tradisional dan sumber daya genetik bukan hanya isu lokal, melainkan bagian dari warisan global umat manusia.
Dengan semakin banyaknya negara yang berkomitmen pada traktat ini, maka semakin besar peluang untuk menekan praktik eksploitasi tanpa izin serta membangun sistem perlindungan yang adil bagi komunitas-komunitas penjaga pengetahuan tradisional.
Mengapa Ini Penting untuk Masa Depan Indonesia?
Sebagai negara megabiodiversitas dengan ribuan kelompok etnis dan kekayaan tradisi budaya yang sangat beragam, Indonesia memiliki aset pengetahuan lokal dan sumber daya genetik yang sangat besar. Sayangnya, aset ini masih rentan terhadap eksploitasi asing dan kurang perlindungan hukum.
Melalui partisipasi aktif di traktat GRATK, Indonesia menegaskan bahwa penghormatan terhadap kearifan lokal dan hak komunitas adat adalah bagian penting dari pembangunan berkelanjutan dan kedaulatan nasional.