IKN Maju, Hutan Mundur? Pembangunan Ibu Kota Baru Picu Alarm Lingkungan
Tanggal: 17 Mei 2025 13:21 wib.
Tampang.com | Proyek pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur terus dipercepat. Namun di balik narasi kemajuan dan transformasi, kekhawatiran soal dampak lingkungan mulai mencuat. Hutan-hutan yang dulu jadi paru-paru Kalimantan kini terancam berganti beton dan aspal.
Ribuan Hektar Hutan Dibuka Demi Infrastruktur
Menurut data dari Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), sekitar 256 ribu hektar lahan disiapkan untuk pembangunan IKN. Meski pemerintah mengklaim sebagian besar area adalah lahan tidak produktif, citra satelit menunjukkan sebagian wilayah merupakan kawasan hutan sekunder dan habitat satwa endemik.
“Hewan seperti orangutan dan bekantan akan kehilangan ruang hidupnya. Ini bukan sekadar pembangunan, ini pemusnahan,” kata Fadli Arbi, aktivis lingkungan dari Save Kalimantan.
Analisis Dampak Lingkungan Dipertanyakan
Studi AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang menjadi syarat utama pembangunan justru dinilai lemah oleh banyak akademisi. Proses konsultasi publik pun disebut tidak inklusif dan cenderung formalitas.
“Ini proyek raksasa, tapi landasan ekologisnya rapuh. Ada kejar tayang, bukan perencanaan jangka panjang,” tambah Fadli.
Masyarakat Adat Juga Tersisih
Di balik mega proyek ini, sejumlah komunitas adat Dayak mulai merasa terpinggirkan. Lahan-lahan yang dulunya menjadi ruang hidup dan sakral kini dikapling untuk pembangunan gedung-gedung pemerintahan.
“Mereka datang bawa alat berat, kami tak tahu apa-apa. Di mana hak kami sebagai pemilik tanah adat?” ungkap Yansen, tokoh adat dari Kutai Kartanegara.
Pembangunan Tak Harus Merusak
Para pengamat menegaskan bahwa pembangunan bukan berarti mengorbankan alam. Ada banyak contoh kota hijau dunia yang dibangun dengan mengedepankan keseimbangan ekosistem dan partisipasi masyarakat lokal.
“Kalau IKN mau jadi simbol masa depan, semestinya dibangun dengan cara yang tidak mengulang kesalahan masa lalu,” ujar Fadli.