IDAI Dorong Berbagai Pihak Tingkatkan Dukungan untuk Pemberian ASI Nasional

Tanggal: 4 Agu 2025 11:29 wib.
Ketua Satgas ASI dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Naomi Esthernita F.D., Sp.A, Subsp.Neo(K), menyampaikan bahwa pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif di Indonesia masih jauh dari target nasional. Dalam rangka memperingati Pekan Menyusui Sedunia 2025, ia menyoroti pentingnya peran pemerintah, tenaga kesehatan, media, dan masyarakat dalam menciptakan sistem dukungan berkelanjutan untuk menyukseskan program ASI eksklusif.

Berdasarkan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2022, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0–6 bulan baru mencapai 52,5 persen, padahal target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah lebih dari 70 persen. Dr. Naomi menegaskan bahwa pemerintah perlu memperkuat regulasi yang berpihak pada ibu menyusui, seperti penerapan cuti melahirkan selama enam bulan dan penyediaan ruang laktasi di tempat kerja serta ruang publik.

Ia menjelaskan bahwa ibu yang tidak memiliki tempat memerah ASI saat kembali bekerja berisiko menghentikan pemberian ASI eksklusif lebih cepat. Padahal, pemberian ASI yang optimal dapat mengurangi risiko bayi sakit, yang pada akhirnya lebih menguntungkan bagi pemberi kerja maupun negara dari sisi produktivitas. Oleh karena itu, ia menggarisbawahi bahwa pemberian fasilitas bagi ibu menyusui adalah investasi sosial jangka panjang.

Dukungan juga diperlukan dari masyarakat umum, termasuk keluarga dan lingkungan sekitar ibu. Solidaritas sosial yang membangun kepercayaan diri ibu menyusui sangat dibutuhkan, mengingat menyusui bukan semata-mata tanggung jawab individu, melainkan kerja kolektif yang melibatkan seluruh elemen sosial. Ketika ibu merasa didukung secara emosional dan informasional, mereka akan lebih percaya diri dan mampu menyusui secara konsisten.

Selain itu, peran media juga dianggap krusial dalam menyebarkan informasi yang berbasis bukti terkait manfaat ASI. Dr. Naomi menyoroti bahwa gencarnya promosi produk pengganti ASI sering kali menyesatkan masyarakat, terlebih ketika tidak disertai informasi seimbang. Media massa dapat menjadi agen perubahan dengan meluruskan mitos dan menghadirkan kampanye menyusui yang berlandaskan sains.

Tenaga kesehatan sebagai garda terdepan juga memiliki peranan vital dalam memberikan edukasi sejak masa kehamilan (antenatal). Edukasi tersebut penting untuk menyiapkan ibu menghadapi proses menyusui yang alami, termasuk memahami bahwa tidak langsung keluarnya ASI setelah persalinan adalah hal yang normal. Sesuai panduan WHO, dukungan dan edukasi dari tenaga medis sebaiknya diberikan berkelanjutan sejak masa kehamilan hingga ibu kembali bekerja, agar cakupan ASI eksklusif bisa meningkat secara nasional.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved