Ibu yang Cabuli Anak Dijanjikan Rp 15 Juta dari Kenalan di FB
Tanggal: 5 Jun 2024 04:42 wib.
Peristiwa tragis kembali mengguncang masyarakat Indonesia ketika R (22), seorang ibu yang viral karena mencabuli anaknya sendiri, mengaku melakukan hal tersebut karena disuruh, diancam, dan dijanjikan Rp15 juta oleh seorang kenalan dari Facebook dengan akun bernama Icha Shakila. Icha Shakila kini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) sedangkan R telah ditetapkan sebagai tersangka dan tengah diperiksa di Polda Metro Jaya.
Seorang ibu tega melecehkan anaknya sendiri yang masih berusia 5 tahun di Pondok Aren, Tangerang Selatan. Kepada polisi, R (22) mengaku membuat video tersebut pada Juli 2023. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi menyampaikan R mengaku membuat video pelecehan terhadap anaknya sendiri setelah disuruh oleh seseorang yang dikenalnya melalui Facebook."Kemudian pada hari itu juga tanggal 30 Juli 2023, tersangka mengikuti perintah dari akun Facebook 'Icha Shakila' untuk membuat video yang bermuatan pornografi antara tersangka dengan anak kandungnya yang berusia 5 tahun," kata Ade Ary, Senin (3/6/2024).
Penemuan ini mengguncang perasaan banyak pihak, terutama para orangtua dan pengguna media sosial. Kasus seperti ini juga semakin memperlihatkan betapa rentannya perkembangan anak di era digital, di mana konsep keamanan sering terabaikan dalam pergaulan di dunia maya. R mengaku dijanjikan uang Rp15 juta jika menuruti perintah Icha. Jika R tidak menurut, Icha mengancam akan menyebarkan foto bugil pelaku."Tersangka juga dijanjikan akan dikirim uang sejumlah Rp 15.000.000," imbuh Ade Ary.
Dengan dalih kebutuhan ekonomi, R pun menuruti perintah Icha. Namun, Icha kembali meminta R membuat video dengan gaya dan skenario yang sudah ditentukan. Awalnya, Icha meminta R berhubungan badan dengan suaminya lalu merekamnya."Si pemilik akun Facebook (Icha Shakila) itu mengancam tersangka agar tersangka mau berhubungan dengan suaminya. Kemudian, divideokan, kemudian dikirim ke dia lagi," kata Ade Ary.
Selain itu, perlindungan terhadap anak perlu menjadi perhatian utama bagi pemerintah, lembaga kepolisian, serta masyarakat sebagai whole. Kejadian ini juga memicu pertanyaan tentang bagaimana tindakan preventif dan edukasi yang lebih efektif dapat dilakukan untuk mencegah kasus serupa di masa depan.
Begitu banyak dampak buruk yang timbul dari kasus ini, menimbulkan kekhawatiran akan perlindungan anak di ruang maya serta meningkatnya potensi teror bagi korban yang memperkenalkan problem perlindungan anak di kalangan digital. Bagaimanapun, insiden ini juga menyadarkan kita akan pentingnya pengawasan yang lebih ketat terhadap anak-anak kita, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Sejatinya, dunia maya dapat memberikan manfaat yang banyak, namun juga memiliki risiko yang tinggi jika tidak diawasi dengan baik. Hati-hati dalam berinteraksi di media sosial, terutama jika melibatkan janji-janji yang terlalu bagus untuk diterima serta jangan pernah menutup mata terhadap keamanan anak-anak di dunia maya.
Dengan adanya kasus ini, diharapkan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlindungan anak dalam dunia maya. Meningkatkan pemahaman akan bahaya yang mungkin datang dari media sosial akan membantu mereduksi potensi terjadinya kasus serupa di masa depan.
Kejadian ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa di balik anonimitas dalam media sosial, tetap dibutuhkan kehati-hatian dalam berinteraksi dengan siapapun, terlebih lagi dalam hal yang berkaitan dengan keamanan dan perlindungan anak. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk lebih waspada dan peduli terhadap anak-anak di dunia maya.
Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk melindungi generasi masa depan dari ancaman yang mungkin datang, termasuk di dunia maya. Mari bersama-sama membangun kesadaran akan pentingnya perlindungan anak, baik di dunia nyata maupun dunia maya.