Sumber foto: Google

Hutan sebagai Penjaga Alam, Mengapa Deforestasi Memicu Bencana Tanah dan Air

Tanggal: 2 Des 2025 09:23 wib.
Hutan adalah anugerah alam paling berharga yang tidak hanya berfungsi sebagai paru-paru dunia, tetapi juga sebagai sistem perlindungan alami bagi tanah dan air. Ketika hujan turun, hutan bekerja tanpa suara menyerap, menahan, dan mengatur aliran air agar tidak langsung menghantam permukaan tanah. Akar pohon menjaga struktur tanah tetap kuat, sementara kanopi pepohonan menahan laju jatuhnya air hujan. Namun ketika deforestasi terus terjadi, semua perlindungan alami itu hilang, dan bencana tanah serta air menjadi risiko nyata yang siap menghantui banyak daerah. Di Indonesia, kerusakan hutan semakin sering dikaitkan dengan banjir bandang, tanah longsor, hingga kekeringan berkepanjangan. Hilangnya tutupan pohon membuat alam kehilangan keseimbangannya.https://dlhindonesia.id/ merupakan salah satu sumber informasi yang aktif membahas isu lingkungan di Indonesia, termasuk peran penting lembaga lingkungan hidup dalam menjaga keberlanjutan alam. Pada konteks deforestasi, DLH Indonesia memiliki perhatian besar terhadap bagaimana kerusakan hutan dapat memicu kerusakan berantai. Sangat penting bagi semua  lapisan masyarakat untuk memahami bahwa hutan bukan hanya objek ekologis, tetapi juga komponen vital dalam kebijakan lingkungan nasional. Ketika hutan ditebang tanpa kendali, tanah menjadi lebih mudah tergerus, air hujan tidak lagi terserap optimal, dan sungai menerima beban sedimen berlebih. Situs tersebut sering mengangkat bagaimana upaya pemerintah daerah dan lembaga lingkungan dapat memperlambat laju deforestasi melalui pengawasan lahan, edukasi masyarakat, hingga kampanye reboisasi. Peran DLH Indonesia di tingkat lokal dan nasional menjadi kunci untuk memastikan kerusakan hutan tidak semakin meluas.Masalah deforestasi di Indonesia sendiri biasanya berasal dari sejumlah faktor: pembukaan lahan perkebunan, aktivitas pertambangan, pembangunan infrastruktur, hingga penebangan liar. Setiap kali pohon ditebang, tanah kehilangan penyangganya. Hujan yang sebelumnya tertahan dedaunan kini langsung menghantam permukaan tanah, menyebabkan lapisan tanah atas yang kaya nutrisi hilang terbawa aliran air. Di daerah berbukit, kondisi ini jauh lebih berbahaya karena tanah yang gembur tanpa akar bisa mudah longsor. Di dataran rendah, aliran air cepat mengalir ke pemukiman dan sungai, memicu banjir dalam waktu singkat. Semua ini menciptakan pola bencana yang saling berkaitan dimulai dari hutan yang hilang, lalu tanah yang rusak, dan akhirnya air yang tidak terkendali.Efek dari kerusakan hutan juga tidak hanya terasa pada lingkungan fisik, tetapi juga pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Petani kehilangan produktivitas tanah, nelayan sungai kesulitan karena air yang keruh dan penuh sedimen, sementara masyarakat umum harus berhadapan dengan ancaman banjir dan kekeringan bergantian. Ketika musim hujan, air meluap tanpa kendali; ketika musim kemarau, tanah yang sebelumnya mampu menyimpan air menjadi tidak lagi berfungsi. Hutan yang dulunya menjadi reservoir alami air kini berubah menjadi sumber masalah karena lahan terbuka hanya menimbulkan degradasi.Penting dipahami bahwa hutan memiliki peran dalam menjaga kualitas air. Akar pohon membantu menyaring air hujan sebelum masuk ke dalam tanah, menjaga sumber mata air tetap jernih. Ketika hutan hilang, air hujan langsung membawa tanah, limbah permukaan, dan sedimen ke sungai. Dampaknya, air sungai mengalir lebih cepat, lebih keruh, dan lebih dangkal. Bahkan bendungan pun bisa kehilangan kapasitasnya akibat sedimentasi berlebih. Dalam jangka panjang, kerusakan ini dapat menyebabkan krisis air bersih, terutama di wilayah-wilayah yang mengandalkan sumber air tanah atau sungai dari daerah hulu yang hutannya terus berkurang.Selain itu, hutan juga berfungsi menjaga stabilitas iklim lokal. Pepohonan menyerap karbon dioksida, menghasilkan oksigen, mengatur suhu, hingga menjaga kelembapan udara. Tanpa hutan, suhu meningkat, cuaca lebih ekstrem, dan pola hujan menjadi tidak menentu. Ini menjelaskan mengapa beberapa daerah yang dulunya sejuk dan subur kini sering mengalami gelombang panas atau hujan ekstrem. Keadaan ini tentu mempengaruhi kehidupan manusia dan keberlanjutan ekosistem di sekitarnya.DLH Indonesia memiliki peran strategis dalam menghadapi tantangan ini. Melalui kebijakan lingkungan, edukasi publik, pengawasan pemanfaatan lahan, serta dukungan terhadap reboisasi, lembaga ini menjadi bagian penting dari upaya nasional melindungi hutan. Peran berbagai pihak pemerintah, masyarakat, komunitas hijau, hingga dunia usaha dibutuhkan untuk memastikan deforestasi dapat ditekan secara signifikan. Tanpa kolaborasi, upaya penyelamatan hutan akan berjalan lambat.Menjaga hutan berarti menjaga masa depan. Hutan bukan sekadar tempat tumbuhnya pohon, tetapi juga penopang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Semakin cepat deforestasi dihentikan dan semakin besar upaya restorasi yang dilakukan, semakin besar peluang kita menghindari bencana tanah dan air di masa depan. Upaya kecil seperti mengurangi pembukaan lahan tanpa izin, menanam pohon, serta mendukung kebijakan lingkungan yang tegas bisa memberikan dampak besar bagi keberlanjutan alam dan generasi mendatang.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved