Harga Telur Merangkak Naik, di Kupang Mencapai Rp 60ribu
Tanggal: 17 Jul 2018 12:01 wib.
Tampang.com - Harga telur ayam ras masih bertahan dengan harga yang cukup mahal. Salah satunya, di sejumlah pasar di Kota Kupang dimana harga telur ras tersebut meloncak hingga mencapai Rp 60ribu per rak. Sebelumnya, harga telur ras tersebut hanya mencapai Rp 58ribu per rak.
Melansir dari berita Antara, salah seorang pedagang pasar Tradisional Naikoten yang ditemui, Markus, mengaku bahwa harga telur ayam memang terus bergerak naik dalam beberapa pekan ini.
"Harga telur ayam memang terus bergerak naik akhir-akhir ini sehingga ada beberapa pembeli yang mengeluhkan kenaikan ini," kata Markus.
Dirinya menjelaskan padahal pada awal Juli 2018, harga telur ayam berada pada kisaran Rp 50ribu - Rp 55ribu per rak. Namun, setelah lewat tanggal 8 Juli 2018 harga perlahan naik. Markus menjelaskan bahwa kenaikan harga telur tersebut diakibatkan produksi telur ayam di Surabaya, Jawa Timur, beberapa pekan ini mengalami penurunan. Sementara, permintaan telur terus mengalami peningkatan. Hal ini yang menyebabkan harga terus beranjak naik. Para pedagang pun mengeluh atas kenaikan harga ini karena dapat merugikan mereka.
Salah satu pedagang yang terkena imbasnya adalah pedagang kue yang berada di pinggiran jalan di Kecamatan Alak Kota Kupang. Pengakuan salah seorang pedagang bernama Maria, dirinya terpaksa menaikkan harga penjualan kue yang menggunakan bahan dasar telur, misalnya kue bolu.
"Kue Bolu misalnya yang satuan harganya Rp 500 perak kini saya jual menjadi Rp 1.000 per potongnya," jelasnya.
Maria cukup heran karena biasanya setelah lebaran sejumlah bahan kebutuhan pokok menurun harganya. Namun, kali ini malah harga telor ayam melonjak. Dirinya berharap bahwa kejadian ini tidak terus berulang karena mampu merugikan banyak orang, salah satunya dirinya sebagai seorang pedagang kue.
Menteri Perdagangan: Harga Telur Naik karena Piala Dunia
Hal berbeda disampaikan oleh Menteri Perdagangan, Enggartriasto Lukita. Enggar menjelaskan bahwa ada kaitan langsung antara Piala Dunia dengan kenaikan harga telur, hal ini terutama mengenai konsumsi rumah tangga. Sebab permintaan telur meningkat karena telur menjadi salah satu bahan makanan instan untuk menemani begadang menonton bola.
"Karena tengah malam itu (makan) nasgor (nasi goreng) pakai telor; internet, Indomie telur, dan kornet, pakai telur juga. Saya dulu pernah menyelinap, ada fresh telur langsung kita ambil bikin nasgor," kata Enggar, Senin (16/7).
Enggar menjelaskan bahwa kenaikan harga telur tidak ada kaitannya dengan momentum pilkada serentak pada akhir Juni kemarin. Dirinya menjelaskan karena dalam masa kampanye saja, sembako yang dibagikan tidak termasuk telur.
"Enggak ada itu telur (yang dibagikan dalam paket sembako)." jelas Enggar.
Ucapan Enggar tersebut dikonfirmasi oleh Kementerian Pertanian yang menyatakan bahwa lonjakan permintaan telur mencapai hingga 20-30 persen. Hal ini diakibatkan karena liburan panjang hingga gelaran piala dunia.