Sumber foto: Google

Harga Pupuk Diam-Diam Naik, Petani Kecil Tertekan: “Kami Tak Punya Pilihan”

Tanggal: 7 Mei 2025 10:40 wib.
Tampang.com | Tanpa banyak pemberitaan, harga pupuk — terutama non-subsidi — merangkak naik sejak awal tahun 2025. Bahkan pupuk subsidi pun semakin sulit diakses. Bagi petani kecil, kondisi ini membuat biaya produksi meningkat tajam, sementara harga gabah dan komoditas hasil panen tak ikut naik.

Fakta di Lapangan: Sulit dan Mahal
Di beberapa sentra pertanian seperti Klaten, Grobogan, dan Bima, pupuk urea subsidi yang biasanya dijual Rp112.500 per sak kini langka. Alternatifnya, petani harus membeli pupuk non-subsidi seharga Rp230.000–Rp250.000 per sak — dua kali lipat lebih mahal.

“Kalau tidak pupuk, tanaman tidak jadi. Tapi kalau beli pupuk mahal, kami rugi. Mau bagaimana lagi?” keluh Pak Warsito, petani padi di Grobogan.

Petani Kecil yang Paling Terdampak
Kondisi ini membuat petani skala kecil dan menengah paling terpukul. Banyak yang terpaksa mengurangi takaran pupuk atau menunda penanaman. Akibatnya, hasil panen menurun, dan ketahanan pangan lokal bisa ikut terganggu. Petani jagung di Lombok Timur bahkan mengaku tak jadi tanam karena tak sanggup beli pupuk.

Distribusi Tak Merata dan Ada Indikasi Penimbunan
Selain mahal, distribusi pupuk subsidi tidak merata. Banyak petani mengeluh kuota pupuk tidak transparan, dan proses e-RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) masih rumit dan lambat. Beberapa daerah bahkan mencurigai adanya penimbunan pupuk oleh oknum distributor.

Ancaman pada Ketahanan Pangan Nasional
Kenaikan harga pupuk dan menurunnya produktivitas pertanian dapat menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional. Apalagi jika musim tanam terganggu secara masif. Pengamat pertanian dari UGM, Prof. Sutaryo, menyebut bahwa jika tidak segera diintervensi, kita bisa melihat lonjakan harga pangan dalam waktu 6 bulan ke depan.

Solusi Mendesak
Pemerintah perlu segera mengevaluasi skema subsidi pupuk, memperketat pengawasan distribusi, dan membuka ruang bagi pupuk alternatif berbasis organik. Tak kalah penting, melibatkan koperasi dan kelompok tani secara langsung dalam pengawasan dan pendistribusian.

Kesimpulan
Pupuk adalah nyawa produksi pertanian. Jika akses terhadapnya terganggu, maka dampaknya bisa menyentuh seluruh rantai pasokan pangan nasional. Petani kecil tak boleh dibiarkan berjuang sendiri.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved