Harga Batu Bara Melonjak Akibat Optimisme Pemangkasan Suku Bunga AS
Tanggal: 30 Jul 2024 08:46 wib.
Harga batu bara acuan dunia berhasil ditutup di zona hijau pada perdagangan akhir pekan. Hal ini dipicu oleh optimisme para pelaku pasar terkait potensi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat.
Menurut data dari Refinitiv yang diterbitkan pada Jumat (26/7/2024), harga batu bara acuan ICE Newcastle untuk kontrak Agustus 2024 menguat 0,61% menjadi US$ 139,25 per ton pada penutupan perdagangan. Selain itu, dalam jangka waktu seminggu, harga batu bara tersebut juga mengalami apresiasi sebesar 0,18%.
Optimisme para pelaku pasar terkait pemangkasan suku bunga AS semakin berkembang setelah data inflasi AS periode Juni menunjukkan angka yang lebih rendah. Indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) pada Juni 2024 turun menjadi 2,5%, menurun dari 2,6% pada bulan Mei 2024. Pejabat The Fed menggunakan PCE sebagai indikator utama untuk mengukur inflasi, yang secara konsisten memiliki angka di atas target jangka panjang bank sentral sebesar 2%.
Pasaran berjangka telah memperkirakan sekitar 90% kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September, diikuti dengan penurunan suku bunga pada pertemuan FOMC November dan Desember, sesuai dengan prediksi FedWatch dari CME Group.
Penurunan suku bunga AS diharapkan akan membuat dolar AS lebih murah bagi pemegang mata uang asing lainnya. Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi komoditas batu bara, yang umumnya diperdagangkan dengan dolar AS. Kemungkinan penurunan harga batu bara ini akan mendorong peningkatan permintaan, meskipun sebelumnya banyak sentimen negatif terhadap batu bara.
Menurut laporan dari Badan Energi Internasional (IEA), permintaan batu bara di Eropa diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 19% pada tahun ini, mencapai rekor terendah.
"Setelah terjadi penurunan besar dalam konsumsi batu bara di Eropa pada 2023, kami memperkirakan Eropa akan menunjukkan penurunan signifikan lainnya pada tahun 2024," kata IEA dalam pembaruan yang diterbitkan pada hari Rabu, menambahkan bahwa permintaan tahun lalu telah turun hampir 25%.
Penurunan ini disebabkan oleh upaya pengurangan emisi pada pembangkit listrik di Eropa, serta pertumbuhan energi terbarukan yang dikombinasikan dengan peningkatan penggunaan energi nuklir. Semua faktor ini diperkirakan akan memberikan dampak signifikan terhadap permintaan batu bara di wilayah tersebut.
Sebagai hasilnya, permintaan batu bara di Eropa kemungkinan akan menyusut menjadi 287 juta ton pada tahun ini, mencapai level terendah dalam sejarah IEA.