Sumber foto: google

Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik 800 Meter

Tanggal: 25 Mei 2024 07:47 wib.
Gunung Lewotobi Laki-laki yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami erupsi pada Jumat (24/5) malam. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) melaporkan bahwa erupsi terjadi pada pukul 21.20 Wita dengan tinggi kolom abu mencapai 800 meter.

Menurut laporan tertulis dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Lewotobi Laki-laki dari Desa Nurabelen, Kecamatan Ilebura, Flores Timur, erupsi G. Lewotobi Laki-laki terjadi pada tanggal 24 Mei 2024 pukul 21:20 WITA dengan tinggi kolom abu teramati mencapai ± 800 m di atas puncak (± 2.384 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal yang condong ke arah utara. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 29,6 milimeter dan durasi sekitar tiga menit 10 detik.

Selama satu hari penuh, Gunung Lewotobi Laki-laki mengalami erupsi sebanyak empat kali. Erupsi pertama pada pukul 10.21 Wita, tercatat tanpa teramati tinggi kolom abu. Erupsi kedua terjadi pada pukul 11.12 Wita tanpa tinggi kolom abu yang teramati. Erupsi ketiga pada pukul 18.17 Wita mencapai tinggi kolom abu sekitar 200 meter. Dan erupsi terakhir terjadi pada pukul 21.20 Wita, dengan semburkan abu vulkanik mencapai ketinggian 800 meter di atas puncak gunung. Akibat erupsi ini, Gunung Lewotobi Laki-laki kini berstatus waspada atau level II.

Dengan status waspada level II, PPGA mengeluarkan rekomendasi agar masyarakat tidak beraktivitas di radius dua kilometer dari pusat erupsi, serta tiga kilometer pada arah Utara-Timur Laut dan lima kilometer pada sektor Timur Laut. Selain itu, masyarakat juga diminta waspada terhadap potensi banjir lahar pada sungai-sungai yang bermuara di Puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki. Instruksi tambahan dikeluarkan PPGA untuk masyarakat yang terkena hujan abu G. Lewotobi Laki-laki agar menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut guna menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernafasan.

Erupsi gunung seperti ini menimbulkan potensi bahaya bagi masyarakat sekitar, terutama dalam hal penyebaran abu vulkanik dan potensi banjir lahar. Oleh karena itu, perlu adanya kewaspadaan dan koordinasi antara Pusat Vulkanologi, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk mengantisipasi dan merespons dampak dari erupsi gunung tersebut. Selain itu, edukasi kepada masyarakat tentang tindakan yang perlu diambil saat terjadi erupsi gunung juga perlu ditingkatkan, seperti penggunaan perlengkapan pelindung diri dan prosedur evakuasi yang tepat.

Dalam konteks ini, ada baiknya jika pemerintah daerah dan pihak terkait terus melakukan pemantauan dan pendeteksian dini terhadap aktivitas gunung agar dapat memberikan peringatan yang lebih tepat kepada masyarakat sekitar. Selain itu, peningkatan kapasitas dan kesadaran masyarakat sekitar akan bencana alam juga menjadi hal yang krusial dalam mengurangi risiko bencana yang ditimbulkan oleh erupsi gunung.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved