Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi Lagi, Lontarkan Abu Vulkanik Disertai Lava Pijar
Tanggal: 6 Sep 2024 04:56 wib.
Tampang.com | Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali erupsi pada Kamis (5/9/2024) pagi. Letusan ini melontarkan abu vulkanik setinggi 800 meter disertai dengan lava pijar. Kondisi ini mengkhawatirkan dan membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat untuk mengantisipasi bencana yang mungkin terjadi.
Menurut Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki, Herman Yosef S Mboro, letusan tercatat sebanyak 1 kali pada periode pukul 00.00-06.00 Wita. Dia mengungkapkan, "Teramati asap kawah utama berwarna kelabu dengan intensitas tebal tinggi sekitar 800 meter dari puncak," dalam laporannya pada Kamis (1/9/2024).
Gunung berapi yang memiliki ketinggian 1.584 meter dpl secara visual terlihat jelas, tanpa adanya kabut yang menghalangi pandangan. Teramati asap kawah berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah Barat Laut.
Dari data seismogram, terlihat bahwa letusan memiliki amplitudo 22 mm dalam durasi 2 menit 58 detik. "1 kali gempa Letusan/Erupsi dengan amplitudo 22 mm, dan lama gempa 177 detik," jelasnya. Selain itu, tercatat 1 kali gempa Hembusan dengan amplitudo 2,2 mm dalam durasi 27 detik. Juga terdapat 1 kali gempa Harmonik dengan amplitudo 2,9 mm, dan durasi 1 menit 29 detik.
Mboro juga mencatat adanya gempa Vulkanik Dangkal, Vulkanik Dalam, dan Tektonik Jauh. Gempa vulkanik Dangkal terjadi 4 kali dengan amplitudo maksimum 7,4 mm, dalam durasi paling lama 10 detik. "3 kali gempa Vulkanik Dalam dengan amplitudo 4,4-7,4 mm, S-P 1-1,7 detik, dan lama gempa 12-15 detik," tambah Mboro. Dia juga melaporkan, "1 kali gempa Tektonik Jauh dengan amplitudo 22 mm, S-P 10 detik, dan lama gempa 41 detik."
Dengan kondisi ini, saat ini status vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki telah dinaikkan menjadi Level III (Siaga), sesuai dengan penilaian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Hal ini menyebabkan pihak PVMBG untuk meminta warga untuk tidak memasuki atau beraktivitas apapun dalam radius 3 km dari pusat erupsi. Selain itu, juga diberlakukan zona sektoral, yaitu 4 km ke arah Utara-Timur Laut, dan 5 km ke arah Timur Laut.
Kondisi ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat sekitar gunung. Langkah-langkah antisipatif, seperti penyediaan tempat penampungan sementara, evakuasi penduduk di sekitar kaki gunung, dan penyediaan bantuan logistik merupakan hal yang harus segera dilakukan. Diseminasi informasi yang jelas dan tepat kepada masyarakat sekitar juga penting guna mengurangi dampak bencana yang mungkin terjadi.
Dalam situasi darurat seperti ini, kerjasama antara pemerintah, lembaga penanggulangan bencana, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menghadapi bencana alam. Peran serta masyarakat dalam mendukung upaya evakuasi dan penanganan pasca-bencana sangat penting untuk meminimalkan kerugian jiwa dan harta benda.
Data statistik dan informasi terkini mengenai kondisi gunung, status vulkanik, dan potensi bahaya harus terus disampaikan dengan jelas dan mendetail kepada masyarakat. Peningkatan kesadaran akan bahaya lingkungan sekitar gunung menjadi langkah awal untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kemungkinan dampak bencana yang lebih besar.
Pemerintah juga perlu melakukan koordinasi yang baik dengan pihak terkait, seperti TNI/POLRI, relawan, dan lembaga amal untuk siap siaga dalam memberikan bantuan saat diperlukan. Selain itu, pendirian posko penanggulangan bencana dan evakuasi yang terintegrasi serta dilengkapi dengan peralatan dan logistik yang memadai juga menjadi hal yang sangat penting.
Peningkatan kewaspadaan terhadap kondisi lingkungan sekitar gunung api juga perlu dilakukan. Pengamatan visual dan pengukuran kondisi lingkungan secara terus menerus diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat mengenai perubahan dan perkembangan aktivitas vulkanik.
Terakhir, sikap masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan mengikuti instruksi dari pihak berwenang juga merupakan kontribusi nyata dalam upaya mitigasi bencana. Keterlibatan aktif masyarakat dalam upaya pencegahan dan mitigasi bencana merupakan upaya bersama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan terhindar dari bencana alam yang dapat mengancam kehidupan manusia.