Gempa Guncang Gianyar Bali, BMKG: Akibat Aktivitas Sesar di Darat
Tanggal: 21 Sep 2024 18:28 wib.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa pada Sabtu, 21 September 2024 pukul 07.26.20 WITA, terjadi gempa bumi dengan kekuatan M4,8 yang mengguncang Gianyar, Bali. Episenter gempa terletak pada koordinat 8,57° LS; 115,32° BT, dengan kedalaman 22 km, berlokasi di darat sekitar 3 km arah barat daya Gianyar, Bali.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, Daryono, menyatakan bahwa gempa tersebut merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang disebabkan oleh aktivitas sesar aktif di daratan. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa tersebut memiliki mekanisme sumber kombinasi pergerakan turun-geser (oblique normal).
Dampak gempa M4,8 di Gianyar dirasakan cukup kuat dengan skala intensitas IV MMI. Guncangan tersebut juga dirasakan di Badung, Denpasar, Tabanan, Karangasem, dan Bangli dalam skala intensitas III MMI, serta di Buleleng, Mataram, dan Lombok Barat dalam skala intensitas II MMI. Meskipun demikian, belum ada laporan kerusakan rumah warga akibat gempa, namun terdapat kerusakan pada pagar yang terbuat dari batu-bata.
Hingga saat ini, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 1 kali aktivitas gempabumi susulan (aftershock) dengan kekuatan M2.8 pada pukul 06:41:26 WIB. Instruksi tambahan:uning Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang dapat terjadi tanpa dapat diprediksi secara pasti. Dari data BMKG, aktivitas gempa di wilayah Indonesia cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini mengingat wilayah Indonesia terletak di Ring of Fire, sebuah daerah yang rentan terhadap aktivitas seismik dan letusan gunung berapi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli seismologi, pulau-pulau di Indonesia terletak di atas lempeng tektonik yang saling bertabrakan. Akibat dari pergeseran lempeng tektonik itulah terjadi aktivitas gempa bumi yang seringkali disertai dengan letusan gunung berapi. Oleh karena itu, penguatan infrastruktur dan peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap potensi bencana alam perlu terus-menerus dilakukan.
Selain itu, sosialisasi tentang langkah-langkah evakuasi dan tindakan mitigasi bencana juga menjadi hal yang penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat, utamanya bagi wilayah-wilayah yang berpotensi mengalami gempa bumi secara periodik. Pemahaman akan tata cara yang benar dalam menghadapi dampak bencana alam dapat mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian materiil akibat gempa bumi.
Data dari BMKG juga menunjukkan bahwa gempa susulan (aftershock) merupakan hal yang cukup umum terjadi setelah gempa utama. Gempa susulan dapat terjadi dalam waktu yang relatif cepat setelah gempa utama maupun dalam kurun waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, kewaspadaan dan persiapan menyeluruh dalam menghadapi dampak gempa susulan juga perlu ditingkatkan.
Dalam menanggapi potensi bencana gempa bumi, pemerintah dan seluruh pihak terkait perlu terus menggalakkan kampanye-kampanye keselamatan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui penyediaan sarana-sarana evakuasi darurat, penyusunan rencana tanggap darurat, dan penyelenggaraan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam menghadapi bencana alam, termasuk gempa bumi.
Selain itu, masyarakat juga perlu diingatkan akan pentingnya memahami langkah-langkah safety dan prosedur evakuasi dalam menghadapi gempa bumi. Edukasi mengenai posisi aman dan tempat pelarian (shelter) saat terjadi gempa, penggunaan peralatan keselamatan, serta pertolongan pertama juga perlu disosialisasikan secara luas kepada masyarakat.
Dalam menghadapi bencana alam, kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan berbagai pihak terkait menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan. Sinergi yang baik dalam penanggulangan bencana dapat membantu mempercepat proses pemulihan pasca-bencana serta mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar.