Gempa Guncang Banyuasin Pertama Setelah 125 Tahun, Air Sungai Naik

Tanggal: 29 Mei 2025 18:33 wib.
Wilayah Kecamatan Air Salek di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, mengalami guncangan gempa bumi pada Rabu pagi, 28 Mei 2025, tepatnya pukul 08.42 WIB. Gempa ini tercatat memiliki kekuatan Magnitudo 4,3. Meskipun dampaknya dianggap relatif ringan, kejadian ini sangat mengejutkan warga setempat karena menjadi yang pertama kalinya dalam kurun waktu 125 tahun terakhir. 

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuasin, M. Rhoma Dona, menjelaskan bahwa riwayat guncangan gempa di wilayah ini terakhir kali terjadi sekitar tahun 1900. Menariknya, meskipun getaran gempa dirasakan, tidak ada laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan bangunan yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut. "Kami telah melakukan koordinasi dengan tim daerah untuk mendata segala dampak yang timbul akibat gempa ini," ungkap Rhoma pada Rabu malam.

Salah satu fenomena menarik yang muncul setelah guncangan ini adalah naiknya permukaan air sungai di wilayah yang terdampak. Sungai Air Salek yang terletak di sisi timur Banyuasin merupakan area pesisir dengan lahan rawa dan vegetasi khas dataran rendah. "Dari hasil pantauan, dampak gempa ini terbilang tidak signifikan. Hanya terasa getaran ringan dan peningkatan permukaan air sungai," imbuh Rhoma.

BPBD Banyuasin juga mengonfirmasi bahwa seluruh data menunjukkan tidak terjadinya gempa susulan, maupun ancaman tsunami setelah peristiwa ini. Dalam keadaan demikian, BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan memantau informasi resmi dari pihak berwenang, terutama jika ada perkembangan lebih lanjut terkait situasi tersebut.

Menurut informasi yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pusat gempa terletak sekitar 35 kilometer di sebelah timur laut Banyuasin dan berjarak 5 kilometer di bawah permukaan tanah. Daryono, Direktur Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, mengungkapkan bahwa gempa ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan, sehingga memberikan tantangan bagi para ahli geologi untuk melakukan identifikasi dan pemetaan untuk melengkapi sumber dan peta bahaya gempa di Indonesia.

Walaupun BPBD Banyuasin menilai dampak guncangan tergolong ringan, BMKG mencatat bahwa intensitas gempa ini berada dalam skala III-IV MMI. Guncangan gempa ini juga dirasakan di Palembang. Pada skala III MMI, guncangan dirasakan setara dengan getaran ketika truk besar melintas di suatu jalan. Sedangkan pada skala IV MMI, getaran tersebut mampu dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah dan dapat menyebabkan pintu serta jendela berderit.

Secara keseluruhan, Daryono menyebut bahwa gempa yang mengguncang Banyuasin ini tidak biasa, karena terjadi di daerah yang belum pernah tercatat mengalami gempa sebelumnya. “Berdasarkan data seismisitas regional, wilayah Banyuasin selama periode 2009-2024 tidak pernah mengalami guncangan gempa. Namun, kejadian ini memberi isyarat bahwa ada potensi sumber gempa dari sesar aktif di wilayah tersebut yang dapat memicu guncangan dengan kekuatan lebih besar di masa depan," jelasnya.

Kejadian ini pun mengingatkan kita akan pentingnya peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam, serta perlunya pemetaan yang lebih komprehensif untuk mengantisipasi risiko yang mungkin muncul di masa depan, terutama di daerah yang tidak berpengalaman mengalami gempa. Guncangan ini juga menjadi data berharga bagi para peneliti untuk mendalami lebih lanjut tentang aktivitas geologi yang terjadi di bawah permukaan bumi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved