Formula E Jakarta, Anies Baswedan Tawarkan Energi Hijau dan Wisata Baru
Tanggal: 13 Sep 2025 19:19 wib.
Gelaran Formula E di Jakarta menjadi salah satu peristiwa besar yang tidak hanya menghadirkan balapan mobil listrik kelas dunia, tetapi juga menjadi simbol dari arah pembangunan kota yang mengusung energi hijau. Di balik suksesnya penyelenggaraan ajang internasional ini, nama Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta saat itu begitu lekat. Ia bukan hanya menghadirkan sebuah event olahraga, melainkan menawarkan sebuah gagasan besar yakni menjadikan Jakarta sebagai kota masa depan yang ramah lingkungan sekaligus destinasi wisata baru.
Formula E pertama kali digelar di Jakarta pada tahun 2022, tepatnya di sirkuit Ancol. Kehadiran balapan mobil listrik ini sempat menimbulkan pro dan kontra, mulai dari pendanaan hingga kesiapan infrastruktur. Namun, terlepas dari dinamika tersebut, keberhasilan penyelenggaraan ajang ini membuka mata banyak pihak bahwa Jakarta mampu menjadi tuan rumah perhelatan internasional dengan standar tinggi. Anies Baswedan mengambil langkah berani dengan membawa Formula E ke ibu kota, karena ia melihat lebih dari sekedar balapan ini adalah kesempatan memperkenalkan Jakarta ke dunia dengan wajah yang lebih modern dan berorientasi pada masa depan.
Bagi Anies, Formula E bukan hanya ajang hiburan, melainkan sebuah pernyataan politik dan lingkungan. Mobil-mobil listrik yang beradu kecepatan di lintasan bukan sekadar alat balap, melainkan simbol dari transisi energi menuju era yang lebih hijau. Jakarta yang selama ini dikenal dengan polusi udara dan kepadatan lalu lintas, kini diperkenalkan melalui narasi baru yaitu kota yang siap berubah ke arah yang lebih bersih dan berkelanjutan. Inilah yang menjadikan penyelenggaraan Formula E punya makna lebih dalam, yaitu upaya mendorong kesadaran publik tentang pentingnya energi terbarukan.
Selain aspek lingkungan, Anies juga melihat Formula E sebagai peluang besar untuk sektor pariwisata. Jakarta selama ini kerap kalah pamor dibanding kota-kota besar lainnya di Asia Tenggara, seperti Bangkok atau Kuala Lumpur, dalam hal menarik wisatawan mancanegara. Melalui ajang Formula E, Jakarta ditampilkan sebagai kota yang mampu menghadirkan hiburan kelas dunia. Ribuan penonton, baik dari dalam maupun luar negeri, datang menyaksikan langsung jalannya balapan. Efeknya, industri perhotelan, kuliner, hingga transportasi turut merasakan dampak positif dari meningkatnya jumlah wisatawan.
Lebih jauh lagi, Anies memanfaatkan momen Formula E untuk menegaskan bahwa pariwisata Jakarta tidak hanya soal pusat perbelanjaan atau gedung pencakar langit, tetapi juga bisa menghadirkan pengalaman unik yang berpadu dengan teknologi hijau. Sirkuit di kawasan Ancol, misalnya, tidak hanya menyuguhkan pemandangan laut, tetapi juga dirancang dengan mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan. Hal ini membuat Formula E Jakarta memiliki karakter tersendiri dibanding balapan di kota lain.
Bagi masyarakat Jakarta, ajang ini juga membawa kebanggaan tersendiri. Tidak setiap hari ibu kota bisa menjadi sorotan dunia internasional. Kehadiran pembalap kelas dunia dan liputan media global membuat Jakarta seakan naik kelas. Anies Baswedan memahami betul nilai simbolis dari momen ini. Dengan menghadirkan Formula E, ia ingin menunjukkan bahwa Jakarta mampu sejajar dengan kota-kota besar dunia yang sudah lebih dulu menjadi tuan rumah balapan serupa, seperti Berlin, New York, hingga London.
Tentu, kritik terhadap penyelenggaraan Formula E tidak bisa dihindari. Sebagian pihak menilai biaya yang dikeluarkan terlalu besar, bahkan dianggap tidak prioritas di tengah berbagai persoalan kota. Namun, Anies menjawab kritik itu dengan penjelasan bahwa Formula E adalah investasi jangka panjang. Investasi bukan hanya dalam bentuk infrastruktur, melainkan juga dalam citra kota dan kesadaran masyarakat tentang transisi energi. Ia meyakini bahwa dampak positifnya akan dirasakan dalam beberapa tahun ke depan, terutama dalam membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Jika dilihat secara strategis, langkah ini sejalan dengan tren global. Banyak negara kini berlomba-lomba mengembangkan kendaraan listrik sebagai solusi atas krisis energi dan isu perubahan iklim. Dengan menggelar Formula E, Jakarta menunjukkan posisinya dalam percaturan global: tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga bagian dari gerakan dunia menuju masa depan hijau. Anies Baswedan menegaskan bahwa ajang ini bukan sekadar tontonan, tetapi juga katalis perubahan.
Selain itu, kehadiran Formula E juga memperkuat branding Jakarta sebagai kota yang terbuka pada inovasi. Di mata wisatawan, Jakarta tidak lagi hanya dikenal sebagai kota yang macet dan padat, melainkan sebagai kota yang berani mencoba hal baru. Event ini sekaligus membuka peluang kolaborasi lintas sektor, mulai dari industri otomotif, energi, hingga pariwisata. Anies memandang hal ini sebagai momentum emas untuk mengintegrasikan berbagai kepentingan dalam satu visi: menjadikan Jakarta kota yang lebih maju dan ramah lingkungan.
Ketika sorakan penonton memenuhi tribun, ketika kamera televisi menyorot lintasan, dan ketika mobil listrik melesat di sirkuit Ancol, disitulah terlihat bagaimana gagasan Anies Baswedan mengambil bentuk nyata. Formula E bukan hanya balapan, melainkan narasi besar tentang perubahan. Jakarta yang biasanya diidentikkan dengan polusi dan kesemrawutan, kini diperlihatkan dalam cahaya yang berbeda sebagai kota yang sedang bertransformasi.
Di masa mendatang, warisan Formula E di Jakarta akan terus dikenang. Meski Anies tidak lagi menjabat sebagai Gubernur, jejak langkahnya dalam menghadirkan ajang ini akan tetap menjadi bagian dari sejarah kota. Formula E telah membuka ruang baru bagi Jakarta, baik dalam aspek energi hijau maupun pariwisata. Dan dibalik itu semua, sosok Anies Baswedan akan selalu disebut sebagai tokoh yang membawa ide besar ini ke panggung nyata.