FIFA Jatuhkan Dua Sanksi Pada Indonesia, Apa Dampaknya untuk Laga Timnas Indonesia Berikutnya?
Tanggal: 13 Mei 2025 22:43 wib.
FIFA telah resmi memberikan dua sanksi kepada Indonesia terkait insiden yang terjadi dalam laga Timnas Indonesia melawan Bahrain pada 25 Maret 2025. Keputusan ini diambil setelah adanya laporan terkait tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh sebagian suporter Indonesia dalam pertandingan tersebut. PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) telah menerima surat resmi dari FIFA pada Sabtu (10/5/2025) yang menyatakan bahwa Indonesia dinyatakan bersalah atas aksi xenophobia yang dilakukan oleh beberapa suporter pada menit ke-80 pertandingan.
Arya Sinulingga, anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, mengonfirmasi bahwa PSSI telah dihukum oleh FIFA terkait kejadian yang terjadi di laga Indonesia vs Bahrain. Pada momen tersebut, sekitar 200 hingga 300 suporter Indonesia terlihat meneriakkan slogan-slogan xenofobia dan ujaran kebencian yang ditujukan kepada Bahrain. FIFA menyikapi kejadian ini dengan memberikan dua hukuman kepada Indonesia.
Hukuman pertama yang diterima Indonesia adalah denda sebesar hampir setengah miliar rupiah, tepatnya sekitar Rp400 juta lebih. Denda ini merupakan akibat dari tindakan suporter yang dianggap melanggar norma-norma perilaku yang diatur dalam regulasi FIFA.
Sanksi kedua yang diberikan FIFA kepada Indonesia adalah kewajiban untuk mengurangi jumlah penonton pada laga kandang Timnas Indonesia berikutnya. Laga tersebut adalah pertandingan antara Indonesia dan China yang akan berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada 5 Juni 2025, dalam rangka Kualifikasi Piala Dunia 2026. Sebagai bagian dari hukuman, FIFA mengharuskan PSSI untuk membatasi jumlah penonton hingga 15 persen dari kapasitas stadion yang ada.
Terkait hal ini, Arya Sinulingga menjelaskan bahwa pembatasan jumlah penonton akan berlaku terutama pada tribun belakang gawang, yaitu di bagian utara dan selatan stadion. Meski demikian, ada pengecualian terkait jumlah penonton pada pertandingan Indonesia vs China. FIFA memberi kesempatan agar laga tersebut tetap dapat disaksikan oleh penonton secara penuh, asalkan 15 persen dari jumlah penonton yang hadir diberikan kepada komunitas anti-diskriminasi.
"FIFA memberikan kesempatan agar laga Indonesia vs China disaksikan penuh, dengan syarat 15 persen dari kapasitas stadion diberikan kepada komunitas yang mendukung anti-diskriminasi. Mereka harus memasang spanduk yang mencerminkan pesan anti-diskriminasi," ungkap Arya.
Selain itu, PSSI juga diwajibkan untuk mengirimkan rencana tempat duduk untuk pertandingan tersebut kepada FIFA paling lambat 10 hari sebelum pertandingan. Hal ini menjadi bagian dari kewajiban PSSI untuk memastikan bahwa ruang bagi komunitas anti-diskriminasi dan masyarakat yang mendukung perdamaian dan persatuan dapat disediakan.
Namun, hukuman tersebut bukan tanpa ruang alternatif. Jika PSSI memilih untuk menggunakan sisa tempat yang ada untuk komunitas khusus, seperti keluarga para pemain atau pihak yang memiliki hubungan dengan tim, FIFA tetap mengizinkan dengan catatan mereka memasang spanduk anti-diskriminasi yang jelas terlihat.
PSSI sendiri menyadari pentingnya langkah-langkah ini untuk menjaga integritas pertandingan dan memastikan bahwa diskriminasi tidak lagi terjadi di dalam stadion. Tindakan tersebut menjadi peringatan bagi semua pihak bahwa perlakuan diskriminatif dalam dunia olahraga, khususnya dalam sepak bola, tidak dapat dibiarkan begitu saja. Seiring dengan perkembangan sepak bola Indonesia yang semakin mendunia, sanksi ini menjadi bukti bahwa FIFA serius dalam menanggapi tindakan diskriminasi di dunia olahraga.
Denda yang diterima Indonesia dan pembatasan jumlah penonton ini akan menjadi pembelajaran berharga bagi semua pihak, baik suporter, pemain, dan penyelenggara pertandingan. Dalam jangka panjang, diharapkan kejadian serupa tidak terulang, dan semua pihak dapat menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, toleransi, dan perdamaian dalam setiap pertandingan yang digelar.
Penanggulangan Diskriminasi dalam Olahraga
Insiden seperti ini menunjukkan pentingnya peran suporter dalam menciptakan atmosfer positif dalam pertandingan olahraga. Diskriminasi tidak hanya merugikan tim yang terlibat, tetapi juga merusak citra olahraga itu sendiri. Oleh karena itu, menjaga sikap dan perilaku di stadion adalah tanggung jawab bersama antara pemain, penyelenggara, dan para suporter.
Dalam hal ini, PSSI telah mengambil langkah konkret untuk memenuhi kewajiban yang diberikan FIFA, sekaligus memberikan contoh yang baik dalam hal penanggulangan diskriminasi. Pembatasan penonton pada laga Indonesia vs China adalah salah satu upaya untuk menegakkan disiplin dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dalam pertandingan olahraga.
Semoga hukuman ini menjadi titik balik dalam menciptakan sepak bola Indonesia yang lebih bersih, adil, dan penuh rasa persatuan antarbangsa. Ke depannya, diharapkan suporter Indonesia dapat semakin mendukung tim dengan cara yang positif dan menghormati keberagaman, baik di dalam maupun di luar stadion.