Fenomena Penutupan Pabrik Tekstil dan PHK, Pengusaha Mengungkapkan Biang Keroknya
Tanggal: 11 Jul 2024 19:15 wib.
Dalam sebuah sesi pertemuan dengan Komisi VII DPR RI, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja mengungkapkan penyebab terjadinya penutupan pabrik dan pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Salah satunya adalah akibat dari utilisasi industri TPT yang rendah, yang disebabkan oleh banjirnya barang impor murah dari China.
Menurut Jemmy, utilisasi industri TPT sejak tahun 2023 terus mengalami penurunan. Saat ini, industri serat hanya mencapai utilisasi di bawah 50% atau sekitar 45%, sedangkan industri spinning mencapai 40%, industri weaving/knitting 52%, industri finishing 55%, dan industri pakaian jadi 58%.
"Penurunan utilisasi ini berdampak pada banyak PHK dan penutupan pabrik di berbagai daerah, seperti di Jawa Barat dan Jawa Tengah," kata Jemmy dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi VII DPR RI pada Rabu (10/7/2024).
Penurunan utilisasi industri TPT nasional diyakini disebabkan oleh serbuan barang impor murah dari China. Menurut Jemmy, banyak e-commerce atau marketplace asal China, seperti Temu, yang menjual barang cross-border dengan harga yang sangat murah. Meskipun untuk impor pakaian jadi masih dikenakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP).
"Harga barang impor dengan BMTP sebesar Rp28.000, tetapi barang tersebut dijual dengan harga hanya sekitar Rp50.000-Rp60.000, sudah termasuk ongkos kirim dan lain-lain," ungkapnya.
Selain itu, Jemmy juga menemukan akun Instagram bernama Liam Supply Chain yang memberikan tips atau cara berdagang di Indonesia.
"Orang China yang tinggal di Indonesia membagikan cara berdagang di Indonesia, baik dari minimarket hingga cara menghindari pembayaran pajak dengan cara yang tidak seharusnya dilakukan," ungkapnya.
Menurut Jemmy, cara yang dilakukan oleh Liam Supply Chain sangat merugikan bagi industri TPT nasional. "Inisialnya, merontokkan harga pakaian jadi dan berimbas pada industri hulunya," tambahnya.
Jemmy menekankan bahwa industri TPT nasional saat ini sedang mengalami situasi darurat, dengan penutupan puluhan pabrik serta lebih dari 13.000 pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja. Hal ini disebabkan oleh lesunya pasar global dan banjirnya produk impor dari China.