Sumber foto: Google

Fadli Zon Tegaskan Sastra Sebagai Penopang Peradaban Bangsa

Tanggal: 26 Agu 2025 19:32 wib.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa sastra memiliki peran penting dalam menopang peradaban bangsa Indonesia. Menurutnya, karya sastra, terutama puisi, telah menjadi cermin perjalanan panjang bangsa sejak berabad-abad lalu. Ia menyebutkan bahwa dari era Pujangga Lama, Pujangga Baru, Balai Pustaka, hingga Angkatan 45 dan Angkatan 66, puisi selalu hadir sebagai saksi zaman yang merekam denyut kehidupan masyarakat dan dinamika perjuangan bangsa.Hal itu disampaikan Fadli dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (24/8), usai menghadiri acara “Malam Dzikir Puisi” yang digelar Teater Sastra dan Alumni UI Lintas Generasi di Universitas Indonesia, Depok, sehari sebelumnya. Menurut Fadli, acara yang berlangsung di tengah peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia ini menjadi momen yang penting karena menghadirkan ruang refleksi kolektif tentang peran sastra dalam menjaga persatuan di tengah keberagaman bangsa. Ia menekankan bahwa keberagaman budaya Indonesia merupakan anugerah sekaligus kekuatan, dan sastra memiliki peran sentral dalam merawat sekaligus mengikat kebersamaan itu.Fadli juga menyampaikan bahwa saat ini Kementerian Kebudayaan tengah menjalankan program besar untuk memperkuat ekosistem sastra nasional sekaligus mendorong internasionalisasi karya sastra Indonesia. Harapannya, karya-karya penulis dari tanah air dapat dikenal lebih luas dan mendapatkan apresiasi, tidak hanya dari masyarakat Indonesia sendiri, tetapi juga dari publik internasional. Ia mencontohkan langkah konkret tersebut melalui penyelenggaraan “Sasana Sastra: Membaca 80 Tahun Indonesia” di Teater Besar Taman Ismail Marzuki pada 22 Agustus 2025, yang menjadi bagian dari rangkaian upaya kementerian dalam memajukan sastra Indonesia. Menurutnya, penguatan ekosistem sastra ini sangat penting, sebab di dalamnya termasuk puisi yang sejak lama menjadi denyut nadi intelektual bangsa.Sementara itu, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia, Mahmud Subandriyo, yang turut hadir, menekankan bahwa “Malam Dzikir Puisi” bukan hanya sekadar pertunjukan sastra, melainkan ruang perenungan bersama. Ia mengingatkan bahwa di tengah berbagai tantangan bangsa, masyarakat tidak boleh melupakan sandaran kepada kekuatan Ilahi. Menurutnya, puisi memiliki kemampuan untuk meneguhkan kembali peradaban, sebab ia bukan hanya bahasa estetik, tetapi juga medium yang menghubungkan zikir kepada Sang Pencipta dengan cinta kepada tanah air.Acara tersebut menghadirkan pembacaan puisi dari para alumni Universitas Indonesia lintas generasi, mulai angkatan 1970-an hingga sekarang. Nama-nama seperti Sayuti Asyathrie, Linda Djalil, Yahya Andisaputra, Ali Sonhadj, Ishak Rafick, Neno Warisman, I. Yudhi Soenarto, hingga Indrajaya Piliang, tampil membacakan karya mereka dengan penuh penghayatan. Suasana malam semakin hidup dengan kehadiran musikalisasi puisi dari kelompok musik Mawar Merah Putih Indonesia, Swara SeadaNya, D’Yello, dan Ahmad Munjid, yang berkolaborasi bersama para mahasiswa Universitas Indonesia.Perpaduan antara kata-kata puitis, lantunan musik, dan suasana reflektif membuat “Malam Dzikir Puisi” bukan hanya menjadi perayaan kebudayaan, tetapi juga pengingat akan pentingnya sastra sebagai pilar peradaban bangsa. Melalui acara ini, tampak jelas bahwa sastra masih memiliki daya hidup yang kuat, mampu menembus generasi, serta tetap relevan sebagai penopang identitas dan kekuatan bangsa Indonesia di tengah arus zaman.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved