Energi Kotor Masih Jadi Andalan, Komitmen Hijau Pemerintah Dipertanyakan!
Tanggal: 13 Mei 2025 23:37 wib.
Tampang.com | Di tengah wacana transisi energi dan komitmen untuk menurunkan emisi karbon, kenyataannya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara masih menjadi tulang punggung pasokan energi di Indonesia. Fakta ini menimbulkan pertanyaan: apakah komitmen energi hijau hanya sekadar retorika?
PLTU Masih Mendominasi
Menurut data Kementerian ESDM, lebih dari 60% pasokan listrik nasional masih berasal dari PLTU. Beberapa proyek baru PLTU bahkan masih dalam tahap konstruksi, meski Indonesia telah menandatangani perjanjian internasional tentang pengurangan emisi.
“Kalau PLTU masih dibangun, lalu transisi energinya di mana?” kritik Rini Susanti, pengamat energi dan lingkungan dari Universitas Indonesia.
Janji Transisi Energi Dipertanyakan
Pemerintah telah menargetkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) mencapai 23% pada 2025. Namun hingga kini, pencapaian baru menyentuh sekitar 12–13%. Sementara, batu bara masih terus dieksploitasi karena dianggap murah dan tersedia melimpah.
“Komitmen tanpa langkah konkret hanya akan jadi janji kosong,” tegas Rini.
Dampak Lingkungan Masih Terabaikan
Aktivitas PLTU menghasilkan emisi CO dan polutan berbahaya lainnya. Dampaknya terasa langsung pada kualitas udara, perubahan iklim, serta meningkatnya risiko penyakit pernapasan di wilayah sekitar PLTU.
“Warga di sekitar PLTU sering jadi korban tak terlihat dari kebijakan energi yang tak berpihak pada kesehatan,” tambah Rini.
Solusi Butuh Keberanian Politik
Transisi ke energi bersih bukan sekadar soal teknologi, tapi juga keberanian membuat keputusan sulit. Pemerintah perlu segera mengalihkan subsidi energi fosil, memberikan insentif nyata bagi pengembangan energi surya, angin, dan bioenergi, serta memperkuat regulasi lingkungan.
“Kalau terus bergantung pada batu bara, kita sedang menggali lubang masa depan,” ujar Rini.
Masyarakat Butuh Kepastian Arah Kebijakan
Publik menuntut arah yang jelas dan terukur soal masa depan energi nasional. Energi bersih seharusnya bukan hanya bahan kampanye, tetapi jadi prioritas nyata demi masa depan yang lestari dan sehat.