Dua Bulan Cukup untuk Menggali Sejarah Baru Indonesia

Tanggal: 10 Jun 2025 11:19 wib.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, baru-baru ini menyampaikan keyakinannya bahwa waktu selama dua bulan sudah lebih dari cukup untuk menyelesaikan penulisan ulang sejarah Indonesia. Ia menjelaskan, “Target kami adalah menyelesaikannya pada bulan Agustus mendatang, namun akan ada proses uji publik untuk membagikan hasilnya kepada masyarakat," ujarnya saat berkunjung di Denpasar, Bali, pada Sabtu lalu.

Meskipun optimis dengan tenggat waktu yang tersedia, Menbud mengakui bahwa dirinya tidak mendapatkan informasi konkret mengenai sejauh mana progres penulisan sejarah telah berjalan. Ia memutuskan untuk memberikan kepercayaan penuh kepada sejarawan yang berasal dari berbagai perguruan tinggi yang saat ini sedang mengerjakan proyek tersebut. Menurutnya, waktu yang tersisa memadai karena mereka tidak memulai penulisan dari titik nol. “Yang kami lakukan adalah merevisi dan mengintegrasi informasi dari karya-karya sejarah yang telah ada sebelumnya,” tambahnya.

Fadli Zon mengingatkan bahwa penting untuk menekankan pencapaian dan warisan bangsa yang harus dilihat dari sudut pandang nasional, bukan dari perspektif kolonial yang kerap mendominasi tulisan sejarah sebelumnya. Ia mengatakan, “Ini adalah penulisan sejarah yang berfokus pada Indonesia dan dilaksanakan oleh sejarawan profesional. Kami bukan ingin membahas kesalahan masa lalu, melainkan mengakui kontribusi positif yang telah diberikan bangsa ini.”

Menbud juga mengungkapkan bahwa hari itu, ia mendapatkan masukan berharga dari Megawati Soekarnoputri, Presiden Kelima RI, saat menghadiri pameran foto Guntur Soekarnoputra di Jakarta. Megawati menyatakan bahwa pemahaman sejarah sering kali terputus dan hanya mencakup ingatan tentang era Orde Baru selama beberapa waktu. Ia juga menekankan pentingnya mengakui perbedaan sudut pandang dalam penulisan sejarah sehingga bisa lebih komprehensif.

Fadli Zon menilai bahwa poin-poin yang disampaikan Megawati sangat relevan dan mencerminkan kompleksitas sejarah Indonesia. Untuk itu, pemerintah berkomitmen untuk bekerja sama dengan sejarawan terkemuka untuk menyusun sejarah dengan cepat. Dalam konteks ini, Menbud tidak memiliki keberatan terhadap rencana Megawati untuk mengumpulkan lebih banyak sejarawan. Ia menekankan bahwa para sejarawan yang telah diajak bekerja sama dalam penulisan ulang ini sudah memiliki kompetensi dan pengalaman yang profond di bidangnya masing-masing.

“Memang penting bagi kita untuk mengambil perspektif yang luas, terlebih dengan 80 tahun perjalanan bangsa Indonesia. Seluruh narasi harus mencerminkan pandangan Indonesia, bukan hanya pandangan dari kelompok atau paham tertentu,” pungkasnya, menegaskan pentingnya penulisan sejarah yang inklusif dan objektif.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved