Sumber foto: Kompas.com

Drama Pengemis Ciracas: Suami Pemaksa Istri Mengemis Dipulangkan Usai Tes Kejiwaan, Anak-anak Dititipkan

Tanggal: 26 Mei 2025 23:04 wib.
Jakarta Timur – Kisah pilu seorang pengemis berinisial A (38) yang diduga melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan memaksa istrinya untuk mengemis, kini memasuki babak baru. Setelah menjalani pemeriksaan kejiwaan di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit, A dan istrinya telah dipulangkan ke rumah mereka. Informasi ini dikonfirmasi langsung oleh Wakil Wali Kota Jakarta Timur, Kusmanto, pada Senin (26/5/2025).

Pemulangan pasangan suami istri ini dilakukan setelah A mengajukan permintaan pulang. Alasannya, mereka memiliki dua anak kecil yang membutuhkan perhatian dan asuhan orang tuanya. "Info dari RSKD Duren Sawit, kedua orang tersebut (suami istri) sudah dipulangkan," ucap Kusmanto saat dihubungi. Ia menambahkan, "Dikarenakan permintaan dari sang suami bahwa mereka berdua masih memiliki dua anak yang masih kecil."

Selama A dan istrinya menjalani perawatan dan observasi di RSKD Duren Sawit, kedua anak mereka yang masih di bawah umur dititipkan di panti asuhan oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Timur. Langkah ini diambil untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan anak-anak tersebut, mengingat kondisi orang tua mereka yang sedang dalam penanganan.

Kasus ini pertama kali mencuat dan menjadi perhatian publik setelah sebuah video viral diunggah oleh akun Instagram @ciracasinfo. Video tersebut memperlihatkan seorang perempuan menangis histeris di tengah jalan di wilayah Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur. Warga sekitar menduga perempuan tersebut adalah korban KDRT dan dipaksa mengemis oleh suaminya.

Dalam rekaman video yang beredar luas, terlihat sang suami menggendong seorang bayi sambil merokok, tampak tenang dan tidak menghiraukan teguran dari warga yang berusaha melerai. Situasi ini memancing amarah dan keprihatinan masyarakat.

"Bawa saja ke Dinas. Daripada disiksa istrinya. Dipaksa mengemis," terdengar suara perekam video memperingatkan dengan nada geram. Warga lainnya juga berupaya membantu melerai pertengkaran tersebut, sementara sang istri tampak tak berdaya menahan tangis setelah dipisahkan dari suaminya.

Pihak berwenang, termasuk kepolisian dan dinas sosial, dengan cepat menindaklanjuti laporan ini. Intervensi segera dilakukan untuk menyelamatkan korban dan menangani terduga pelaku. Pemeriksaan kejiwaan menjadi salah satu langkah awal untuk memahami kondisi mental A dan istrinya, serta mencari akar permasalahan dari tindakan eksploitasi dan kekerasan yang terjadi.

Meski pasangan ini telah dipulangkan, nasib kedua anak mereka masih menjadi perhatian. Penempatan mereka di panti asuhan adalah solusi sementara. Pertanyaan besar yang muncul adalah bagaimana keberlanjutan pengawasan dan pendampingan terhadap keluarga ini, agar kejadian serupa tidak terulang dan hak-hak anak terpenuhi.

Kasus ini menjadi cerminan kompleksitas masalah sosial seperti KDRT, eksploitasi, dan kemiskinan yang saling berkelindan. Perlu ada upaya multidimensional dari berbagai pihak, tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat, untuk memberikan dukungan dan solusi jangka panjang bagi keluarga-keluarga rentan seperti ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved