Sumber foto: Google

Dokter: Pendaki Juliana Marins Alami Patah Tulang yang Rusak Organ Dalam

Tanggal: 30 Jun 2025 10:14 wib.
Hasil autopsi terhadap pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang dilakukan oleh tim dokter forensik RS Bali Mandara mengungkapkan fakta-fakta mengerikan terkait penyebab kematian korban. Juliana, yang merupakan seorang pendaki berpengalaman, ditemukan telah meninggal dunia setelah terjatuh di area pendakian yang curam. Pemeriksaan mendalam menunjukkan bahwa korban mengalami patah tulang pada beberapa bagian tubuh, yakni dada, punggung, belakang, dan paha. Luka paling parah terdapat pada bagian punggung, yang menjadi penyebab utama kondisi kritis yang dialaminya.

Dokter Ida Bagus Putu Alit, salah satu anggota tim forensik yang menangani kasus ini, menjelaskan bahwa akibat patah tulang ini terjadi kerusakan organ dalam dan pendarahan hebat, khususnya di rongga dada. Luka-luka tersebut menyebabkan tekanan yang sangat tinggi di dalam tubuh Juliana, mengakibatkan kegagalan fungsi organ-organ vital dan menyebabkan kematian dalam waktu singkat setelah terjatuh. Penjelasan ini memberikan gambaran jelas mengenai betapa seriousnya cedera yang dialami oleh Juliana dan bagaimana hal tersebut berkontribusi pada kematiannya.

Dalam lanjutan pemeriksaan, tim forensik juga melakukan analisis toksikologi untuk memeriksa kemungkinan ada zat berbahaya yang terkandung dalam tubuh korban. Hasil pemeriksaan toksikologi ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada faktor eksternal lain yang memengaruhi kondisi Juliana saat terjatuh. Dalam kasus ini, tidak ditemukan bahan berbahaya atau obat-obatan terlarang yang dapat mempengaruhi kinerjanya sebagai pendaki. Ini menegaskan bahwa kejadian tersebut semata-mata disebabkan oleh kecelakaan tragis yang menghimpit kehidupannya.

Patah tulang yang dialami Juliana Marins tidak hanya memberikan dampak fisik, tetapi juga emosional bagi keluarga, teman, dan komunitas pendaki. Para pendaki lainnya merasa sangat kehilangan dan berduka atas berita tersebut. Kejadian ini juga menjadi pengingat bagi banyak orang akan risiko yang dihadapi pendaki di medan yang ekstrim.

Sebagai tambahan informasi, dalam dunia pendakian, terutama di area yang tergolong berbahaya dan terjal, sering kali cedera akibat jatuh merupakan hal yang umum terjadi. Keberadaan tim penyelamat dan pertolongan pertama yang cepat dapat berperan penting dalam mengurangi risiko cedera fatal, namun dalam kasus Juliana, sayangnya, faktor-faktor tersebut tidak dapat menjamin keselamatan sepenuhnya ketika cedera yang dialami sangat parah.

Penting untuk dicatat bahwa keselamatan dalam melakukan aktivitas olahraga ekstrem seperti pendakian harus menjadi prioritas. Penggunaan peralatan yang memadai, pemahaman mendalam tentang medan yang akan dilalui, serta kesiapan fisik dan mental, menjadi aspek krusial untuk meminimalkan risiko yang dapat terjadi. Insiden yang menimpa Juliana Marins seharusnya menjadi peringatan bagi semua pendaki untuk semakin waspada dan berhati-hati dalam setiap langkah yang diambil.

Proses penyelidikan lebih lanjut masih terus dilakukan, didukung dengan laporan medis dan rincian tambahan dari tim forensik. Keluarga dan teman-teman Juliana berharap agar kejadian ini dapat meningkatkan kesadaran mengenai keselamatan saat mendaki, serta memberikan rasa tenang dan keadilan bagi mereka yang ditinggalkannya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved