DKI Perluas Cek Kesehatan Gratis Sekolah, Sasar Anak yang Tidak Mengenyam Pendidikan Formal
Tanggal: 13 Agu 2025 09:34 wib.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengambil langkah progresif dengan memperluas sasaran Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) Sekolah tahun ajaran 2025/2026. Tidak hanya menyasar pelajar aktif di sekolah formal, program ini juga dirancang untuk menjangkau anak-anak berusia 7–17 tahun yang tidak bersekolah atau tidak terdaftar dalam lembaga pendidikan formal. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan upaya agar seluruh anak di ibu kota, tanpa terkecuali, mendapatkan kesempatan yang sama untuk memeriksa dan memantau kondisi kesehatannya secara rutin. Menurutnya, pemeriksaan kesehatan tidak boleh menjadi hak eksklusif bagi anak yang duduk di bangku sekolah, melainkan harus menjadi layanan inklusif yang menyentuh semua lapisan.
Target peserta program ini pada periode 2025/2026 mencapai angka yang cukup besar, yakni 1.997.082 anak. Angka tersebut mencakup pelajar tingkat SD hingga SMA sederajat, serta anak-anak yang tidak mengakses pendidikan formal. Pemerintah DKI berencana memulai pelaksanaan program ini pada awal tahun ajaran baru, tepatnya Juli 2025. Kegiatan akan dibuka secara simbolis di Sekolah Rakyat Sentra Handayani, Cipayung, pada 9 Juli 2025, lalu berlanjut ke Sekolah Rakyat Sentra Mulya Jaya, Cipayung, dan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) Margaguna, Cilandak, pada 14 Juli 2025. Rangkaian kegiatan ini menjadi tanda keseriusan pemerintah dalam memastikan layanan kesehatan merata.
Selanjutnya, CKG Sekolah akan digelar secara lebih luas di sekolah-sekolah yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Dasar Menengah (Kemendikasmen) maupun madrasah, dimulai pada 4 Agustus 2025. Pelaksanaannya dilakukan secara terkoordinasi, di mana puskesmas setempat berperan aktif dalam menyampaikan informasi awal kepada sekolah dan mengatur jadwal pemeriksaan. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pun disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan usia peserta didik, sehingga lebih tepat sasaran dan efektif dalam mendeteksi masalah kesehatan sejak dini.
Untuk jenjang SD atau sederajat yang berusia 7–12 tahun, pemeriksaan meliputi status gizi, tekanan darah, kesehatan mata, telinga, gigi, kesehatan jiwa, hingga deteksi penyakit seperti tuberkulosis, diabetes melitus, dan kebiasaan merokok. Selain itu, pemeriksaan kebugaran dilakukan untuk kelas 4–6, skrining hepatitis B, kesehatan reproduksi, serta pencatatan riwayat imunisasi bagi siswa kelas 1. Sementara itu, untuk jenjang SMP sederajat (13–15 tahun), pemeriksaan juga mencakup status gizi, tekanan darah, mata, telinga, gigi, kesehatan jiwa, tuberkulosis, diabetes melitus, dan kebiasaan merokok. Ditambah, ada pemeriksaan kebugaran, hepatitis B dan C, skrining anemia dan talasemia untuk kelas 7 dan 9, serta pencatatan riwayat imunisasi bagi siswa kelas 9.
Di tingkat SMA atau sederajat (16–17 tahun), pemeriksaan dilakukan secara lebih mendalam. Selain status gizi, tekanan darah, kesehatan mata, telinga, gigi, dan jiwa, dilakukan pula skrining tuberkulosis, diabetes melitus, kebiasaan merokok, kebugaran fisik, hepatitis B dan C, kesehatan reproduksi, serta pemeriksaan anemia dan talasemia bagi kelas 10 dan 12. Menurut Ani Ruspitawati, manfaat terbesar dari pelaksanaan CKG Sekolah ini adalah kemampuan untuk mendeteksi masalah kesehatan sejak dini sehingga dapat segera diberikan tindak lanjut yang tepat. Dengan begitu, anak-anak dapat tetap berada dalam kondisi optimal untuk belajar, beraktivitas, dan berkembang. Program ini diharapkan menjadi fondasi kuat bagi generasi muda Jakarta untuk tumbuh sehat dan siap menghadapi masa depan.