Sumber foto: iStock

Di RI Banyak Berguguran, AI Disebut-sebut Mulai Incar Pabrik Tekstil

Tanggal: 29 Jun 2024 21:42 wib.
Industri tekstil di Indonesia mengalami kondisi sulit dengan bergugurnya satu persatu pabrik tekstil di tanah air. Ribuan pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat dari situasi ini. Ditengah kondisi tersebut, tantangan baru muncul dengan munculnya teknologi digitalisasi dan kecerdasan buatan (AI) yang mulai merambah sektor industri tekstil.

M Shobirin Hamid, Ketua Umum Insan Kalangan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI), mengungkapkan bahwa kemajuan teknologi, terutama Artificial Intelligence (AI), memiliki potensi untuk merubah industri tekstil. Ia menyatakan kekhawatirannya bahwa industri padat karya seperti tekstil dapat kehilangan keunggulannya.

Menurut Shobirin, perkembangan teknologi dalam industri tekstil memerlukan pula peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) untuk menyesuaikan diri. Ia menyatakan kebutuhan akan pendidikan tinggi dalam bidang tekstil agar para pelaku dan pekerja industri tekstil dapat menciptakan produk tekstil baru yang lebih berkualitas.

Shobirin juga mengungkapkan harapannya untuk pemerintah dan industri tekstil nasional agar dapat melihat ke depan, mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan industri tekstil dunia saat ini. Hal ini penting karena Indonesia diharapkan mampu menciptakan teknokrat baru yang mampu menghadapi perkembangan industri tekstil yang semakin maju ke depan.

Ristadi, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), menambahkan bahwa penurunan pesanan dan bahkan tidak adanya pesanan sama sekali telah menyebabkan tutupnya beberapa pabrik tekstil di Indonesia. Akibatnya, puluhan ribu pekerja mengalami PHK. Diantaranya adalah PT S Dupantex di Jawa Tengah yang melakukan PHK terhadap 700 orang pekerja, PT Alenatex di Jawa Barat dengan PHK terhadap 700 orang, PT Kusumahadi Santosa di Jawa Tengah dengan PHK terhadap 500 orang, PT Kusumaputra Santosa di Jawa Tengah dengan PHK terhadap 400 orang, PT Pamor Spinning Mills di Jawa Tengah dengan PHK terhadap 700 orang, dan PT Sai Apparel di Jawa Tengah dengan PHK terhadap 8.000 orang. Data tersebut hanya mencakup pabrik tempat pekerja anggota KSPN bekerja.

Ristadi juga menyebutkan bahwa penurunan order dan pemutusan hubungan kerja di sektor tekstil tidak hanya terjadi pada pabrik-pabrik yang tergabung dalam KSPN, namun juga terdapat pada pabrik-pabrik lainnya. Dia mengungkapkan bahwa penyebab utama dari kondisi ini adalah turunnya pesanan hingga tidak adanya pesanan sama sekali.

Dengan kondisi industri tekstil yang semakin sulit, diperlukan tindakan yang tepat dari pemerintah dalam menangani masalah ini. Dukungan untuk peningkatan kemampuan SDM dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi mutakhir diperlukan agar industri tekstil dapat tetap bersaing dalam pasar global.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved