Dedi Mulyadi Gagas Bangunan Ramah Lingkungan: Sekolah Bambu Jadi Solusi Kurangi Batu dan Semen
Tanggal: 28 Mei 2025 20:17 wib.
Tampang.com | Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali melontarkan gagasan progresif yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan. Kali ini, ia mengemukakan niatnya untuk secara signifikan menekan penggunaan material konvensional seperti batu, semen, dan besi dalam pembangunan di wilayahnya. Langkah ini diambil sebagai upaya konkret untuk meminimalisir eksploitasi terhadap alam yang kian masif.
Wacana ini disampaikan Dedi kepada awak media di Universitas Indonesia (UI) pada Selasa (27/5/2025). “Solusinya adalah pembangunan nanti penggunaan batu, semen, dan besi. Kedepannya harus mulai dikurangi,” tegas Dedi, menunjukkan komitmennya terhadap praktik konstruksi yang lebih ramah lingkungan.
Sebagai langkah awal untuk mewujudkan visi tersebut, Dedi Mulyadi berencana untuk memulai pembangunan sekolah-sekolah yang menggunakan bahan baku utama bambu. Ini bukan sekadar ide, melainkan sebuah rencana yang akan segera diimplementasikan dalam waktu dekat.
“Mulai tahun ini kita akan memulai membangun beberapa sekolah dari bambu,” ujar Dedi, memberikan sinyal kuat bahwa inisiatif ini akan segera menjadi kenyataan di Jawa Barat. Pemilihan bambu sebagai material utama didasari oleh berbagai pertimbangan.
Menurut Dedi, penggunaan bambu dalam struktur bangunan bukanlah hal baru atau tanpa preseden. Ia merujuk pada praktik yang sudah dilakukan di negara-negara maju seperti China dan Amerika Serikat, yang telah berhasil mengaplikasikan bambu dalam konstruksi berskala besar.
"Dan itu dibuktikan kan di Tiongkok bagaimana hotel dibuat dari bambu, di Amerika juga hotel dibuat dari bambu, kenapa kita penghasil bambu terbaik di dunia tidak mengembangkan ini," ucap Dedi dengan nada optimis, menyoroti potensi besar bambu di Indonesia.
Sebelumnya, gagasan mendirikan sekolah dengan menggunakan bambu sebagai material utama fondasi bangunan ini telah disampaikan Dedi usai memberikan kuliah umum di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya, Universitas Indonesia, pada hari yang sama.
Rencana pembangunan sekolah berbahan bambu ini dilatarbelakangi oleh upaya serius untuk meminimalisasi eksploitasi sumber daya alam. Dedi Mulyadi secara eksplisit menyebutkan bahwa ini adalah bagian dari strategi untuk mengurangi ketergantungan pada penggunaan batu dan semen yang selama ini mendominasi sektor konstruksi.
Inisiatif ini diharapkan tidak hanya berdampak pada aspek lingkungan, tetapi juga membuka peluang baru bagi pengembangan industri bambu lokal. Dengan demikian, program ini berpotensi memberikan manfaat ganda, baik bagi kelestarian alam maupun perekonomian masyarakat.
Melalui langkah ini, Dedi Mulyadi berharap Jawa Barat dapat menjadi pionir dalam pengembangan arsitektur berkelanjutan di Indonesia, sekaligus memberikan contoh nyata bagaimana pembangunan dapat berjalan selaras dengan upaya pelestarian lingkungan.