Sumber foto: Google

Dari Ladang ke Pasar Cepat! KAI Operasikan Kereta Petani Banten

Tanggal: 4 Nov 2025 20:54 wib.
Banten — PT Kereta Api Indonesia (KAI) resmi mengoperasikan Kereta Petani di wilayah Banten, Selasa (4 November 2025). Kereta khusus ini dirancang untuk mengangkut hasil pertanian dari sentra produksi menuju pasar dan pusat distribusi, sehingga diharapkan dapat memperlancar rantai pasok pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani lokal. Inovasi ini merupakan hasil kolaborasi KAI dengan Balai Yasa Surabaya, yang selama ini dikenal sebagai pusat inovasi dan pemeliharaan kereta api terkemuka di Indonesia.

Dalam peresmian operasional Kereta Petani, Direktur Utama KAI, Muhammad Effendi, menyatakan bahwa proyek ini merupakan wujud nyata dukungan perusahaan terhadap sektor pertanian. “Kami ingin menghadirkan solusi transportasi yang efisien bagi petani, sekaligus mengurangi biaya logistik yang selama ini menjadi tantangan utama,” ujar Effendi. Menurutnya, Kereta Petani tidak hanya mempercepat distribusi hasil pertanian, tetapi juga mengurangi kerugian akibat keterlambatan pengiriman atau kerusakan produk.

Kereta Petani Banten memiliki kapasitas angkut yang cukup besar. Setiap rangkaian mampu menampung hingga 200 ton komoditas pertanian seperti sayuran, buah-buahan, dan hasil perkebunan lainnya. Selain itu, kereta ini dilengkapi dengan sistem pengaturan suhu dan kelembapan yang memastikan kesegaran produk tetap terjaga selama perjalanan. Desain gerbong dibuat khusus agar mudah diisi dan dibongkar, sehingga mempercepat proses distribusi di stasiun tujuan.

Balai Yasa Surabaya, yang menjadi pusat inovasi Kereta Petani, mengungkapkan bahwa pengembangan kereta ini memerlukan penelitian mendalam terkait kebutuhan petani dan kondisi transportasi di wilayah Jabodetabek-Banten. Kepala Balai Yasa Surabaya, Irwan Santoso, menjelaskan bahwa timnya melakukan simulasi angkut dan uji coba gerbong selama enam bulan sebelum akhirnya siap dioperasikan. “Kami berupaya menghadirkan kereta yang praktis, aman, dan sesuai dengan kebutuhan petani. Setiap fitur dirancang untuk mendukung efisiensi logistik pertanian,” jelas Irwan.

Kereta Petani juga menghadirkan kemudahan bagi para petani dalam hal jadwal dan tarif pengangkutan. KAI bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk menyediakan jadwal tetap dan harga terjangkau, sehingga petani tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mengirimkan hasil panen mereka. Bahkan, beberapa petani mengaku optimis bahwa kehadiran kereta ini akan mengurangi ketergantungan pada truk atau kendaraan jalan raya yang sering terjebak kemacetan.

Dalam acara peresmian, sejumlah petani Banten tampak antusias menyaksikan kereta pertama melaju. Salah seorang petani cabai dan sayur dari Serang, Hadi Santoso, menyatakan kegembiraannya. “Selama ini kami kesulitan mengirim hasil panen karena jalan macet atau kendaraan kurang layak. Dengan kereta ini, sayur dan cabai kami bisa sampai pasar lebih cepat dan tetap segar. Ini benar-benar inovasi yang membantu petani seperti kami,” ujarnya.

Selain fokus pada distribusi, KAI juga menekankan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan. Menggunakan kereta dibandingkan truk berarti mengurangi emisi karbon dari transportasi jalan raya. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah dalam mendukung transportasi berbasis kereta yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan. Direktur Operasional KAI, Rina Dewi, menegaskan, “Dengan kereta, kita tidak hanya efisien secara ekonomi, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan polusi udara di wilayah Banten dan sekitarnya.”

Kereta Petani Banten ini juga dilengkapi sistem digital tracking, sehingga petani dan pedagang dapat memantau lokasi kereta secara real-time. Sistem ini membantu meningkatkan transparansi dan kepercayaan dalam rantai distribusi, mengurangi risiko keterlambatan atau kehilangan barang. Dengan demikian, kereta ini tidak hanya sekadar moda transportasi, tetapi juga inovasi digital yang mendukung modernisasi logistik pertanian.

Ke depan, KAI berencana memperluas jangkauan Kereta Petani ke provinsi lain, termasuk Jawa Timur dan Jawa Tengah, serta menggandeng lebih banyak koperasi petani untuk ikut memanfaatkan layanan ini. Rencana ini diharapkan dapat mendorong integrasi antara transportasi, teknologi, dan pertanian, sehingga menghadirkan ekosistem logistik yang lebih efisien dan modern.

Dengan hadirnya Kereta Petani, transportasi hasil pertanian di Banten kini memasuki era baru. Inovasi Balai Yasa Surabaya yang diaplikasikan oleh KAI ini tidak hanya menguntungkan petani dan pedagang, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dan kreativitas anak bangsa dapat menghadirkan solusi konkret untuk tantangan logistik nasional. Kereta Petani bukan sekadar moda transportasi, tetapi simbol modernisasi dan dukungan nyata bagi sektor pertanian Indonesia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved