Citra Satelit Ungkap Fakta Ngeri di Wilayah RI
Tanggal: 5 Jul 2024 20:03 wib.
TreeMap, sebuah perusahaan rintisan di bidang konservasi, telah merilis sebuah gambar citra satelit di wilayah Indonesia pada Jumat (5/7/2024). Melalui gambar citra satelit ini, mereka menyoroti kondisi hutan di wilayah Indonesia, khususnya terkait dengan aktivitas pertambangan yang telah mengakibatkan dampak deforestasi yang serius.
Dari hasil analisis citra satelit tersebut, ditemukan fakta yang mengkhawatirkan bahwa sebanyak 721.000 hektare hutan di Indonesia telah ditebangi untuk kegiatan pertambangan antara tahun 2001 hingga 2023. Dari luas hutan yang telah ditebangi tersebut, sekitar 150.000 hektar merupakan hutan primer, yang merupakan hutan terpadat dan memiliki peran ekologis penting di Bumi.
Penebangan hutan tersebut dilakukan untuk membuka lahan-lahan tambang seperti lubang tambang, fasilitas pengolahan, area tailing, dan juga jalur hauling. Menurut David Gaveau, pendiri The TreeMap, pertambangan terbuka dapat mudah dikenali melalui pola garis konsentris yang terbentuk di sekitar lubang tambang batu bara, atau lokasinya yang cenderung berdekatan dengan tepi sungai untuk pertambangan emas. Selain itu, semua jenis tambang juga memiliki tanda spektral yang khas, sebuah pengukuran energi yang dapat dengan mudah dideteksi, dan merupakan karakteristik dari wilayah lahan tambang tersebut.
Observasi citra satelit dilakukan berdasarkan data resmi konsesi pertambangan, artikel dari media lokal, dan laporan dari LSM terkait. Dari hasil analisis ini, diketahui bahwa dampak dari pertambangan batu bara menjadi dampak terbesar terhadap deforestasi di Indonesia, mencakup sekitar setengah dari total deforestasi yang terjadi. Sementara itu, pertambangan emas, timah, dan nikel juga turut menyumbang terhadap laju deforestasi di Indonesia.
Data menunjukkan bahwa puncak deforestasi sebenarnya terjadi pada tahun 2013, namun masalah deforestasi ini kembali meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2023, pertambangan dikaitkan dengan hilangnya hampir 10.000 hektare hutan primer setiap tahunnya. Kementerian Lingkungan Hidup juga mengungkapkan bahwa lebih dari 73.000 hektare kawasan hutan hilang pada tahun 2021-2022, dengan total deforestasi mencapai 104.000 hektar.
Kondisi yang semakin memprihatinkan ini menjadi semakin mendesak karena ketergantungan Indonesia terhadap batu bara meningkat, sementara upaya untuk memperluas eksploitasi cadangan nikel juga terus dilakukan. Ini dapat dilihat dari fakta bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, yang saat ini sangat diminati karena merupakan komponen penting untuk baterai yang digunakan dalam kendaraan listrik.
Menariknya, sebuah studi pada tahun 2022 menemukan bahwa 80% hilangnya hutan global akibat pertambangan hanya terjadi di empat negara, yakni Indonesia, Brasil, Ghana, dan Suriname. Namun, dari keempat negara tersebut, Indonesia merupakan negara yang paling terdampak. RI menyumbang hampir 60% hilangnya hutan global akibat pertambangan yang diidentifikasi dalam studi tersebut.
Permasalahan deforestasi akibat pertambangan ini memang menjadi isu yang sulit diatasi, terutama mengingat pentingnya peran hutan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan menyediakan habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna. Upaya perlindungan hutan, pengawasan ketat terhadap aktivitas pertambangan, serta kebijakan yang berkesinambungan perlu terus dilakukan untuk mengatasi masalah ini dan memastikan kelestarian hutan di Indonesia.