Sumber foto: iStock

China & Rusia Tiba-Tiba Tembak Senjata Dekat RI, Ada Apa?

Tanggal: 19 Jul 2024 13:00 wib.
Militer Angkatan Laut China dan Rusia tiba-tiba menembakkan senjata di Laut China Selatan (LCS). Insiden ini terjadi seiring dimulainya latihan gabungan keduanya di Pasifik sejak pekan lalu.

Latihan tersebut diberi judul 'Maritime Joint-2024'. Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan selama manuver laut mereka, awak kapal Armada Pasifik Rusia dan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan penembakan artileri sebagai bagian dari latihan gabungan tersebut. Hal ini menunjukkan meningkatnya kerja sama militer antara China dan Rusia, terutama dalam bidang pertahanan laut.

"Patroli gabungan China-Rusia telah mendorong kerja sama yang lebih dalam dan praktis antara keduanya dalam berbagai arah dan bidang. Dan secara efektif meningkatkan kemampuan kedua belah pihak untuk bersama-sama menanggapi ancaman keamanan maritim," kata salah satu pejabat Angkatan Laut PLA, Wang Guangzheng, seperti dikutip CCTV pada Kamis (18/7/2024).

Tidak diketahui pasti di mana lokasi latihan persisnya di LCS. Namun diketahui kapal-kapal yang berpartisipasi dalam latihan tersebut berangkat dari Zhanjiang di provinsi Guangdong, China selatan. Hal ini menunjukkan bahwa China semakin aktif dalam melakukan latihan militer di wilayah Laut China Selatan, yang dapat mempengaruhi stabilitas keamanan regional.

Sementara itu, penjaga pantai Amerika Serikat (AS) dan Filipina juga melakukan latihan gabungan, latihan pencarian dan penyelamatan bilateral. Hal ini menunjukkan bahwa upaya-upaya peningkatan keamanan dan kerjasama militer di wilayah Asia Pasifik semakin intensif.

Operasi tersebut, yang melibatkan kapal pemotong Penjaga Pantai AS dari Armada ke-7 AS dan kapal patroli Filipina, mencakup pelatihan pelayaran dan pencarian, penyelamatan bersama, evolusi transfer personel, dan pelayaran bilateral. Hal ini menunjukkan bahwa AS dan sekutunya tetap waspada terhadap aktivitas militer di wilayah Laut China Selatan.

China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan "tanpa batas" pada tahun 2022 ketika Presiden Vladimir Putin mengunjungi Beijing beberapa hari sebelum invasi Ukraina. China masih belum mengutuk invasi tersebut dan telah meningkatkan ekspornya ke Rusia, membantu Moskow menjaga ekonomi perangnya tetap bertahan. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kemitraan strategis antara China dan Rusia tidak hanya terbatas pada bidang militer, tetapi juga mencakup kerja sama ekonomi yang signifikan.

Kemitraan "tanpa batas" tersebut membuat perdagangan dua arah mencapai rekor US$240,1 miliar pada tahun 2023, naik 26,3% dari tahun sebelumnya, menurut data bea cukai China. Sementara perdagangan China-AS turun 11,6% tahun lalu menjadi US$664,5 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa China semakin memperkuat kerja sama ekonomi dengan Rusia sementara perdagangan dengan AS mengalami penurunan.

LCS diklaim China sebanyak 90%, yang menyebabkan ketegangan dalam hubungan dengan beberapa negara ASEAN, termasuk Filipina. Di samping itu, China juga telah terlibat dalam beberapa insiden di Laut China Selatan, termasuk laporan-laporan tentang patroli keamanan China yang masuk ke Natuna, Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa posisi China dalam sengketa wilayah Laut China Selatan semakin memanas karena klaimnya yang besar atas wilayah tersebut.

Dengan adanya insiden penembakan senjata antara China dan Rusia di dekat LCS, hal ini meningkatkan ketegangan di wilayah Laut China Selatan. Pihak-pihak terkait, termasuk negara-negara ASEAN dan AS, perlu terus memantau perkembangan situasi dan berupaya untuk mempertahankan stabilitas keamanan di wilayah tersebut. Kondisi ini menunjukkan perlunya dialog dan kerja sama antarnegara untuk mencegah eskalasi konflik yang dapat mengganggu perdamaian dan stabilitasregional.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved