China Kirim 'Kapal Monster' ke Dekat RI, Waspada Bawa Perang Baru
Tanggal: 8 Jul 2024 20:03 wib.
Penjaga Pantai Filipina (PCG) mengumumkan pada hari Sabtu bahwa kapal penjaga pantai terbesar Tiongkok telah berlabuh di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Manila di Laut Cina Selatan, dengan maksud untuk menakuti negara tetangganya yang lebih kecil di Asia.
Kapal "monster" penjaga pantai Tiongkok, sepanjang 165 meter, memasuki ZEE Manila sepanjang 200 mil laut pada tanggal 2 Juli, kata juru bicara PCG, Jay Tarriela, dalam sebuah konferensi pers. PCG memperingatkan kapal Tiongkok bahwa kapal tersebut berada di ZEE Filipina dan menanyakan niat mereka.
"Ini merupakan intimidasi dari pihak Penjaga Pantai Tiongkok," kata Tarriela, seperti yang dilansir dari Reuters, Minggu (7/7/2024). "Kami tidak akan mundur dan kami tidak akan terintimidasi."
Kedutaan Besar Tiongkok di Manila dan Kementerian Luar Negeri Tiongkok tidak segera menanggapi permintaan komentar. Penjaga pantai Tiongkok tidak memiliki informasi kontak yang tersedia untuk umum.
Kapal Tiongkok, yang juga mengerahkan perahu kecil, berlabuh 800 yard dari kapal PCG, kata Tarriela. Pada bulan Mei, PCG mengerahkan sebuah kapal ke perairan dangkal Sabina untuk mencegah reklamasi skala kecil yang dilakukan oleh Tiongkok, yang membantah klaim tersebut.
Tiongkok telah melakukan reklamasi lahan secara besar-besaran di beberapa pulau di Laut Cina Selatan, membangun angkatan udara dan fasilitas militer lainnya, sehingga menimbulkan kekhawatiran di Washington dan kawasan sekitarnya. Tiongkok mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan, jalur utama perdagangan kapal tahunan senilai $3 triliun, sebagai wilayahnya. Beijing menolak keputusan Pengadilan Arbitrase Permanen yang bermarkas di Den Haag pada tahun 2016 yang menyatakan klaim maritim mereka yang luas tidak memiliki dasar hukum.
Setelah dialog tingkat tinggi, Filipina dan Tiongkok pada hari Selasa sepakat mengenai perlunya "memulihkan kepercayaan" dan "membangun kembali kepercayaan" untuk mengelola sengketa maritim dengan lebih baik. Filipina telah menolak tawaran dari Amerika Serikat, sekutu perjanjiannya, untuk membantu operasi di Laut Cina Selatan, meskipun ada perselisihan dengan Tiongkok mengenai rute misi pasokan pasukan Filipina di wilayah perairan dangkal yang diperebutkan.
Kehadiran "kapal monster" Tiongkok di ZEE Manila menimbulkan kekhawatiran akan potensi eskalasi ketegangan di kawasan Asia Tenggara. Kondisi geopolitik yang sudah tegang di kawasan tersebut dapat semakin memanas dengan adanya insiden semacam ini. Hal ini juga menandai upaya Tiongkok dalam menegaskan dominasinya di Laut Cina Selatan, yang terkenal kaya akan sumber daya alam dan jalur perdagangan strategis.
Diperlukan kerja sama yang kuat antara negara-negara di kawasan dan internasional untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan. Ancaman potensial atas keamanan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut harus diatasi dengan diplomasi yang bijaksana dan tindakan preventif yang efektif.
Ketegangan di Laut Cina Selatan sudah menjadi isu panas dalam relasi internasional, dan klaim-klaim di wilayah tersebut telah menjadi pemicu ketidakstabilan yang terus membuat khawatir kawasan dan masyarakat internasional. Negara-negara di kawasan, seperti Filipina, membutuhkan dukungan internasional untuk melindungi hak-hak maritimnya dan memastikan bahwa jalur perdagangan utama di Laut Cina Selatan tetap aman dan terbuka bagi semua.
Kementerian Luar Negeri Filipina telah berupaya untuk mengatasi sengketa Laut Cina Selatan melalui pendekatan diplomasi multilateral dan dialog dengan negara-negara terkait. Upaya diplomasi semacam ini memerlukan dukungan internasional yang kuat untuk mencapai hasil yang berkelanjutan. Negara-negara anggota ASEAN juga memiliki peran kunci dalam upaya menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.
Keberadaan kapal penjaga Pantai Tiongkok di ZEE Manila juga menunjukkan perlunya memperkuat kerjasama dan koordinasi antar negara tetangga dalam menanggapi ancaman keamanan maritim. Kerjasama tersebut juga memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan yang dihadapi, seperti tindakan provokatif dari pihak-pihak yang ingin mengganggu stabilitas wilayah tersebut.
Perlu dilakukan survei yang lebih menyeluruh terkait aktivitas Tiongkok di Laut Cina Selatan dan dampaknya terhadap stabilitas di kawasan. Data dan informasi yang akurat seputar kehadiran Tiongkok di wilayah tersebut penting untuk menentukan langkah-langkah yang dapat diambil untuk menjaga keamanan dan stabilitas. Ini juga akan membantu masyarakat internasional untuk memahami implikasi dari aksi-aksi Tiongkok di kawasan Asia Tenggara.
Merupakan tugas bersama untuk memastikan bahwa Laut Cina Selatan tetap menjadi wilayah perdamaian dan kooperatif bagi semua pihak yang terlibat. Diplomasi dan dialog akan tetap menjadi alat yang efektif dalam menyelesaikan konflik-konflik yang muncul, sekaligus memastikan bahwa kepentingan bersama di kawasan tersebut dapat dijaga dengan baik.
Keberadaan kapal "monster" Tiongkok di ZEE Manila adalah peringatan bagi semua pihak akan pentingnya menjaga keamanan, stabilitas, dan kedaulatan maritim. Upaya-upaya untuk meredakan ketegangan dan membangun dialog konstruktif antara negara-negara terlibat harus terus dilakukan demi mewujudkan perdamaian dan stabilitas jangka panjang di kawasan LautCina Selatan.