China dan RI Buat Laboratorium Bersama, Targetkan 3.000 Paten hingga 2030
Tanggal: 28 Mei 2025 23:22 wib.
Laboratorium Riset Bersama yang didirikan oleh China dan Indonesia secara resmi diluncurkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Global pertama tentang Pembangunan Bersama “Belt and Road” Berkualitas Tinggi. Inisiatif ini merupakan sebuah langkah signifikan dalam memperkuat hubungan antara kedua negara, terutama di bidang riset dan inovasi.
Laboratorium ini merupakan hasil kolaborasi antara GEM, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Central South University (CSU), serta diiringi dengan penciptaan Akademi Metalurgi Masa Depan GEM-Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta. GEM sendiri dikenal sebagai perusahaan daur ulang terbesar di China, dengan fokus khusus pada ekonomi sirkular yang saat ini semakin mendapat perhatian global.
Dalam forum yang diselenggarakan oleh United Nations Global Compact (UNGC) bersama Pemerintah Indonesia, Pendiri sekaligus Ketua GEM Group, Profesor Xu Kaihua, menjelaskan bahwa laboratorium ini berfungsi sebagai platform riset untuk menjembatani universitas dengan industri. Teknologi metalurgi yang akan dikembangkan dalam laboratorium ini diharapkan bisa berinovasi melalui sistem tiga tingkat: dari laboratorium kecil, ke skala menengah, hingga skala uji coba.
Xu menyatakan keyakinannya bahwa inovasi dalam bahan energi baru akan semakin berkembang dari tahap riset hingga bisa diimplementasikan secara komersial. Selain itu, laboratorium ini juga diharapkan dapat melahirkan lebih banyak doktor di bidang teknik, yang sangat penting untuk menyokong perkembangan industri energi global.
Dalam upaya mencapai visi besarnya, tiga sasaran utama telah ditetapkan hingga tahun 2030. Yang pertama, laboratorium ini menargetkan untuk menghasilkan lebih dari 100 inovasi baru dan 500 paten setiap tahun, sehingga total paten yang diharapkan bisa mencapai 3.000 di tingkat global dalam lima tahun kedepan. Yang kedua, laboratorium ini bertujuan untuk mencetak talenta unggul melalui pelatihan yang ditujukan untuk 100 doktor teknik, 1.000 master, dan 10.000 tenaga teknis profesional, mendukung semangat Visi Indonesia Emas 2045. Terakhir, laboratorium ini diharapkan mampu menyediakan energi hijau serta solusi berkelanjutan bagi negara-negara yang terlibat dalam inisiatif “Belt and Road”.
Rektor UNU Yogyakarta, Profesor Widya, menekankan bahwa Akademi Metalurgi Masa Depan ini akan menjadi pusat unggulan global dalam berbagai aspek pendidikan, riset, dan kebijakan terkait metalurgi. Ia percaya bahwa akademi ini dapat menjadi landasan penting dalam mencetak generasi ahli yang akan mendorong kemajuan di industri metalurgi dunia.
Rektor ITB, Profesor Tatacipta, juga menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada Xu Kaihua dan GEM atas kontribusi serta dukungannya. Ia menambahkan bahwa Laboratorium Riset Bersama ini akan memberikan dampak besar bagi ITB dalam bidang material dan energi, dan berharap kolaborasi antara GEM, ITB, dan CSU bisa menjadi model kerja sama yang sukses antara dunia akademis dan industri dalam konteks Belt and Road.
Kolaborasi yang dibangun atas dasar nilai-nilai ESG (Environmental, Social, and Governance) diharapkan tidak hanya meningkatkan kualitas riset, tetapi juga dapat memperkuat jaringan internasional yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.