Chandi Summit 2025, Diplomasi Budaya Indonesia dari Bali untuk Dunia
Tanggal: 23 Agu 2025 15:08 wib.
Kementerian Kebudayaan tengah menyiapkan perhelatan Chandi Summit 2025 yang akan berlangsung di Bali pada 3–5 September 2025. Ajang internasional ini digagas sebagai upaya mempromosikan kekayaan budaya Indonesia sekaligus memperkuat diplomasi budaya ke kancah global. Nama “Chandi” sendiri merupakan akronim dari culture, heritage, art, narrative, diplomacy, and innovation, serta menjadi bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut, Chandi Summit diharapkan menjadi tonggak penting dalam perjalanan kementerian yang baru setahun berdiri, sekaligus wadah membangun kerja sama internasional melalui jalur kebudayaan. Ajang ini akan menghadirkan sekitar 31 delegasi dari berbagai negara, serta menampilkan ragam warisan budaya takbenda dan benda, mulai dari musik, tari, hingga pertunjukan seni dari berbagai daerah di Indonesia.
Fadli menegaskan, keberagaman budaya Indonesia yang disebutnya sebagai megadiversity harus dipromosikan lebih luas agar mendapat tempat yang proporsional di mata dunia, sesuai amanat UUD 1945. Ia mencontohkan kesuksesan Pacu Jalur yang mendunia sebagai bukti bahwa promosi budaya yang sistematis dapat menjadi strategi diplomasi lunak yang efektif. Karena itu, selain pentas seni, Chandi Summit juga akan diramaikan dengan pameran wayang, keris, musik, hingga diskusi panel dan workshop.
Gelaran ini pun mendapat antusiasme dari berbagai negara. Sejumlah pemimpin dunia, akademisi, seniman, dan praktisi budaya dari lebih dari 25 negara dipastikan hadir, termasuk Singapura, Kamboja, Timor Leste, Thailand, India, Prancis, Amerika Serikat, Korea Selatan, hingga Arab Saudi. Kehadiran mereka diyakini akan memperkuat jejaring kerja sama budaya Indonesia di level global.
Sekretaris Jenderal Kebudayaan, Bambang Wibawarta menambahkan bahwa Chandi Summit tidak hanya menjadi ajang diplomasi, tetapi juga diharapkan mampu memberi dampak ekonomi bagi Bali dan sekitarnya. Ke depan, Kementerian Kebudayaan bahkan berencana menghitung kontribusi kebudayaan terhadap Produk Domestik Bruto (GDP) sebagai bentuk nyata peran budaya dalam perekonomian nasional.