Sumber foto: Kompas.com

Candi Borobudur Tetap Kokoh Tanpa Semen, Ini Rahasianya

Tanggal: 13 Mei 2025 19:33 wib.
Tampang.com | Di balik megahnya Candi Borobudur yang berdiri kokoh di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tersimpan sebuah keajaiban teknik arsitektur kuno. Monumen Buddha terbesar di dunia ini dibangun tanpa menggunakan semen atau mortar sedikit pun untuk merekatkan setiap batuannya. Meski demikian, struktur candi tetap tegak berdiri selama lebih dari 1.200 tahun.

Dibangun Tanpa Semen, Sebelum Era Industri

Pembangunan Candi Borobudur berlangsung pada masa Dinasti Sailendra, diperkirakan antara tahun 780 hingga 840 Masehi. Sementara itu, pabrik semen pertama di Indonesia, yaitu Pabrik Indarung I PT Semen Padang, baru berdiri lebih dari seribu tahun kemudian, tepatnya 18 Maret 1910.

Meski tanpa teknologi modern, Borobudur masih menjadi lokasi penting hingga kini. Bahkan, pada Senin (12/5/2025), candi ini kembali menjadi pusat peringatan Hari Raya Waisak 2569 BE.

Asal Usul dan Filosofi Arsitektur Borobudur

Borobudur dibangun di atas bukit dengan gaya punden berundak, memiliki 10 tingkat dan tinggi mencapai 35,4 meter. Luas dasarnya sekitar 121,66 x 212,38 meter. Desainnya mengikuti gaya Mandala, mencerminkan alam semesta dalam ajaran Buddha. Candi ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga petunjuk spiritual bagi umat Buddha dalam perjalanan menuju pencerahan.

Struktur candi dibagi menjadi dua bagian besar: alam dunia, terdiri dari tiga zona di bagian luar, dan alam Nirwana di bagian tengah. Terdapat total 504 patung Buddha yang masing-masing menampilkan sikap meditasi dan enam posisi mudra berbeda.

Teknik Sambung Batu, Rahasia Keawetan

Salah satu teknik utama yang digunakan untuk menyusun Candi Borobudur adalah teknik sambung batu. Teknik ini memungkinkan batu-batu andesit yang digunakan saling mengunci seperti puzzle, tanpa bantuan perekat seperti semen.

Ada empat tipe utama sambungan yang digunakan:



Tipe Ekor Burung: Umum ditemukan di batu dinding.


Tipe Takikan: Digunakan pada elemen arsitektur seperti relung dan gapura.


Tipe Alur dan Lidah: Ditemukan di pagar langkan dan ornamen makara.


Tipe Purus dan Lubang: Umumnya dipakai pada bagian puncak pagar dan antefik.



Material dan Ketepatan Presisi

Setiap batu andesit yang digunakan memiliki ukuran standar, dengan panjang 40–50 cm, tebal 30–40 cm, dan tinggi 20–25 cm. Penyusunan dilakukan secara horizontal dengan mempertimbangkan arah tekanan dan gaya geser, menjadikan strukturnya stabil dan tahan gempa.

Bukan Pakai Putih Telur

Meski beredar mitos bahwa Borobudur dibangun menggunakan putih telur sebagai perekat, hal itu tidak berdasar secara ilmiah. Arkeolog dan ahli konservasi memastikan bahwa kekuatan Borobudur terletak pada presisi tinggi dalam memahat batu dan kecermatan teknik sambungan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved