Sumber foto: Google

Burnout Bukan Milik Kantoran Saja, Mahasiswa dan Pelajar Kini Ikut Tumbang!

Tanggal: 8 Mei 2025 12:13 wib.
Tampang.com | Istilah burnout atau kelelahan mental selama ini identik dengan dunia kerja profesional. Namun kini, fenomena ini juga mulai merambah dunia pendidikan. Pelajar dan mahasiswa dilaporkan mengalami stres berkepanjangan, kehilangan motivasi, bahkan mengalami gejala depresi karena tekanan akademik dan sosial yang tinggi.

Burnout di Kalangan Muda Meningkat Tajam
Menurut laporan WHO dan survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2024, lebih dari 42% mahasiswa di Indonesia mengalami gejala burnout. Sementara itu, 1 dari 4 siswa SMA mengaku tidak menikmati kegiatan belajar karena tekanan ujian dan tugas yang menumpuk.

“Dulu saya senang belajar, sekarang rasanya seperti robot. Setiap hari tugas, target, lalu ujian. Nggak sempat napas,” kata Dinda, mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas negeri di Jakarta.

Tekanan Akademik Jadi Pemicu Utama
Beban tugas yang tinggi, sistem pembelajaran daring-paduan yang belum stabil, dan ekspektasi orang tua sering menjadi kombinasi mematikan bagi kesehatan mental pelajar. Ditambah lagi dengan tekanan sosial dari media digital yang membuat mereka merasa harus selalu tampil "berhasil".

Psikolog pendidikan, Dr. Ika Wulandari, mengatakan, “Burnout di kalangan pelajar sering tidak disadari. Mereka terlihat aktif, tapi sebenarnya sudah tidak menikmati proses belajar.”

Minimnya Ruang untuk Istirahat Psikologis
Sekolah dan kampus jarang menyediakan ruang aman untuk berbagi atau istirahat mental. Konselor sekolah masih terbatas, dan stigma seputar konseling masih kuat di kalangan pelajar.

“Kalau ke ruang BK, dianggap bermasalah. Padahal saya cuma mau cerita kalau saya lelah,” ujar Andra, siswa kelas 11 di Bandung.

Adaptasi Kurikulum Masih Lamban
Meskipun Kementerian Pendidikan telah menerapkan Kurikulum Merdeka untuk mengurangi tekanan akademik, kenyataannya pelaksanaannya belum merata. Banyak guru dan dosen masih menggunakan pendekatan lama yang menuntut capaian hasil ketimbang proses pembelajaran.

Butuh Pendekatan Humanis dan Sistemik
Psikolog klinis, Rika Mardiana, menyarankan adanya pendekatan holistik dalam sistem pendidikan. “Kita butuh sistem yang peduli pada keberlanjutan mental siswa, bukan sekadar output nilai atau IPK,” ujarnya.

Refleksi: Belajar Tak Harus Menyiksa Mental
Burnout bukan cuma soal capek, tapi sinyal bahwa sistem sedang tidak sehat. Jika dunia pendidikan terus menuntut tanpa memberi ruang bernapas, generasi muda akan kelelahan sebelum sempat berkembang.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved