Buntut Panjang 5 Nahdliyin Temui Presiden Israel Tanpa Izin
Tanggal: 16 Jul 2024 16:30 wib.
Lima orang Nahdliyin bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog, di Israel. Pertemuan itu bun berbuntut panjang karena Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tak pernah memberikan izin. Ketua PBNU Savic Ali menyesalkan lima Nahdliyin bertemu Presiden Israel Isaac Herzog. Savic mengatakan kunjungan lima Nahdliyin itu bukan atas nama NU.
"Kemungkinan kunjungan mereka atas nama pribadi. Kita tidak tahu tujuannya apa dan siapa yang mensponsorinya. Ini tindakan yang disesalkan," kata Savic, seperti dikutip situs resmi NU, Senin (15/7/2024). Savic menilai kunjungan lima Nahdliyin karena tidak memahami geopolitik serta tak mengerti kebijakan NU secara organisasi dan perasaan seluruh warga NU. Dia mengatakan, PBNU belum mengetahui siapa sponsor keberangkatan lima Nahdliyin itu ke Israel.
Dia mengatakan meski kunjungan atas nama pribadi, kelimanya dikenal sebagai warga dan aktivis NU. Hal itu, lanjut Savic, yang memperburuk citra NU di mata publik. Apalagi, sikap PBNU dan Nahdliyin berdiri di pihak Palestina dan mengecam agresi militer Israel."Israel sampai saat ini tak mengakui Palestina dan terus melakukan agresi militer yang memakan ribuan korban jiwa. Israel masih menjatuhkan bom dan peluru kepada warga Palestina. Korbannya banyak sekali, warga sipil," katanya.
Savic mengatakan PBNU saat ini sedang berkomunikasi intensif dengan Palestina untuk membahas situasi terkini. Bahkan, Savic menambahkan, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf bertemu dan berbincang secara khusus dengan Duta Besar Palestina Zuhair al-Shun di kantor PBNU pada Kamis (11/7) kemarin."Kemarin ada pertemuan antara Ketua Umum Gus Yahya dengan Dubes Palestina membicarakan perkembangan yang terjadi di Palestina, apa yang bisa dilakukan oleh NU dalam konteks mendukung kemerdekaan Palestina dan menghentikan kekerasan yang terjadi terhadap rakyat Palestina," jelasnya.
PBNU Akan Panggil
Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf mengatakan pihaknya akan memanggil lima orang Nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. PBNU akan mengklarifikasi latar belakang pemberangkatan 5 tokoh muda itu."Yang bersangkutan akan dipanggil untuk dimintai keterangan dan penjelasan lebih dalam tentang maksud tujuannya, latar belakang, dan siapa yang memberangkatkan, serta hal-hal prinsip lainnya," kata Gus Ipul, dilansir Antara, Senin (15/7/2024).
Selain itu, PBNU segera memanggil pimpinan badan otonom (banom), serta lembaga tempat kelima orang tersebut mengabdi. Ia menjelaskan bahwa jika ditemukan unsur pelanggaran organisasi, maka bukan tidak mungkin kelima orang itu akan diberhentikan dari statusnya sebagai pengurus lembaga atau banom."Ketua Umum juga akan memanggil pimpinan banom dan lembaga yang menjadi pengabdian yang bersangkutan," ujarnya.
Gus Ipul menyayangkan kunjungan lima orang tersebut yang mengatasnamakan pemuda NU ke Israel dan bertemu Isaac Herzog. Gus Ipul menegaskan bahwa kunjungan kelima pemuda itu di luar izin PBNU."Kelima orang tersebut tidak mendapat mandat PBNU, dan juga tidak pernah meminta izin ke PBNU," katanya.
Unusia Akan Gelar Sidang Etik
Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) segera akan menggelar sidang etik untuk salah seorang pengajarnya, yaitu Zainul Maarif, yang ikut menemui Presiden Israel, Isaac Herzog. Zainul Maarif adalah pengajar filsafat di Unusia yang turut menemui Presiden Israel bersama empat orang lainnya.
"Unusia akan menggelar sidang etik terhadap Saudara Zainul Maarif untuk mempertanggungjawabkan aktivitas yang bersangkutan mengingat kunjungan tersebut berdampak langsung bagi reputasi Unusia dan bertentangan dengan dengan nilai-nilai yang dianut Unusia," ujar Kepala Biro Humas Unusia, Dwi Putri, seperti dilihat di laman NU Online, Senin (15/7/2024).
Unusia menganggap pertemuan Zainul Maarif dan Presiden Israel adalah pertemuan secara individual, sehingga tidak ada kaitan apa pun dengan kampus."Pertemuan Saudara Zainul Maarif dengan Presiden Israel adalah aktivitas individual dan tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan Unusia sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan Perkumpulan Nahdlatul Ulama yang menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Indonesia," jelas Dwi Putri.