Bule Italia Berbagi Kisah Menyesal Nikahi TKW Indonesia
Tanggal: 23 Mei 2024 10:49 wib.
Seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Indonesia bernama Hani berbagi kisah menarik tentang pernikahannya dengan seorang bule Italia yang seringkali mengaku menyesal menikahinya dikarenakan kebiasaan buruk sang istri. Meskipun demikian, bule Italia tersebut tetap mengaku mencintai Hani meskipun mengakui adanya penyesalan dalam pernikahan mereka.
Hani adalah seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang dulunya bekerja di Kuwait sejak usia 16 tahun sebelum kemudian menikahi seorang pria Italia yang biasa ia panggil dengan sebutan "Akang". Sebelum berumah tangga, Hani menjadi seorang pembantu dan berasal dari keluarga miskin. Melalui media sosial, Hani kemudian mengenal suaminya, Akang.
Akang mengaku bahwa tidak ada alasan tertentu yang membuatnya jatuh cinta pada Hani. Ia mempercayai bahwa perasaan yang tulus yang mengikat hubungan mereka. Latar belakang dan pekerjaan Hani tidak menjadi halangan bagi Akang untuk menikahinya, karena menurutnya, hal tersebut bukanlah hal yang penting dalam sebuah hubungan. Keluarga Akang pun mengajarkan untuk tidak memandang seseorang dari segi materi, tetapi lebih memperhatikan jiwa dan hatinya.
Dalam pernikahan mereka selama hampir 7 tahun, Akang mengungkapkan kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh Hani. Salah satu kebiasaan yang sering membuatnya merasa terganggu adalah saat Hani mengambil semua kasur, sehingga ia harus tidur di pinggir kasur meskipun Hani hanya memiliki berat 50 kilogram. Meskipun dengan candaan, Akang menegaskan bahwa ia tidak pernah menyesali pernikahannya dengan Hani, bahkan ia hanya menyayangkan ketidakhadiran orangtuanya saat pernikahan mereka.
Cerita Hani sebagai TKW yang menikah dengan bule Italia bukanlah satu-satunya kisah menarik dari para TKW Indonesia. Cerita lain datang dari sosok Madam Sherly, seorang mantan TKW yang telah 18 tahun menjadi istri seorang pria Arab Saudi. Kisah Sherly menjadi viral melalui kanal YouTube Sahabat Salam ketika memperlihatkan interior rumah mewahnya. Rumah Sherly begitu mewah dengan dominasi warna emas dan ungu serta isi lemari yang dipenuhi dengan baju-baju mewah dan perhiasan.
Hal yang menarik dari cerita Madam Sherly adalah ketidaknyamanan atas kebanyakan barang mewah yang ia miliki, seperti perhiasan emas yang menganggur. Ini merupakan contoh nyata bagaimana kekayaan dan keindahan materi tidak selalu membawa kebahagiaan. Akan tetapi, hal yang paling berharga bagi Sherly adalah kebahagiaan dan keluarga yang telah diberikan oleh pernikahannya.
Kisah lain datang dari Tatik, seorang TKW asal Ponorogo yang bekerja di Kosek WC di Arab Saudi dan mendapat gaji sebesar Rp 100 juta per bulan. Meskipun bekerja dalam kondisi yang mungkin dianggap kurang menyenangkan, Tatik merasa nyaman dengan pekerjaannya dan tidak merasa sombong atas gajinya yang besar tersebut.
Ketika Tatik juga menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kenyamanan dalam pernikahan tidak selalu diukur dari jumlah anak yang dimiliki, seperti yang diungkapkan oleh suami Madam Sherly yang ingin memiliki 10 anak dari istri asal Banten-nya. Sebaliknya, kebahagiaan Babah (suami Madam Sherly) dalam pernikahannya dirasakan melalui kehadiran dua anak perempuannya yang cantik.