Bukan Sekadar Kain, Batik Adalah Bagian dari Perjalanan Sejarah dan Identitas Bangsa
Tanggal: 27 Jul 2025 22:23 wib.
Batik bukan hanya sekadar kain dengan motif indah. Ia adalah warisan budaya, saksi bisu perjalanan sejarah, dan simbol identitas bangsa Indonesia. Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf), Irene Umar, menegaskan hal ini dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (tanggal rilis).
"Batik bukan hanya sebuah kain, tapi suatu perjalanan sejarah. Kita bisa melihat seperti apa evolusi dari berbagai budaya yang terpengaruh dalam suatu kain batik. Let’s remember this moment as something that’s sacred," ujar Irene dengan penuh semangat.
Pernyataan ini disampaikan Irene saat menghadiri pembukaan Pameran Batik 3 Generasi oleh Rumah Batik Oey Soe Tjoen (OST), sebuah pameran yang menampilkan koleksi batik tulis halus dari tiga generasi pembatik keluarga Oey Soe Tjoen, yang telah berkarya sejak tahun 1925 di Kedungweni, Pekalongan.
Diplomasi Budaya Lewat Batik
Bagi Irene, batik bukan sekadar produk tekstil, melainkan salah satu bentuk diplomasi budaya yang paling kuat. Kementerian Ekraf terus mendorong agar batik menjadi simbol internasional Indonesia yang tak lekang oleh zaman. Melalui motif-motifnya yang penuh makna dan proses pembuatannya yang rumit, batik merepresentasikan nilai kesabaran, kreativitas, dan kearifan lokal yang tidak dimiliki oleh budaya lain.
Setiap motif batik memiliki cerita tersendiri. Ada yang menceritakan filosofi kehidupan, doa dan harapan, hingga pengaruh budaya lintas bangsa seperti motif-motif dari Batik OST yang menggabungkan nuansa Jawa, Tionghoa, Eropa, Asia hingga Arab. Hal ini membuktikan bahwa batik adalah media ekspresi budaya yang sangat inklusif.
“Saya melihat batik yang mengikuti perkembangan zaman. Melalui pameran ini, saya amati ada konsistensi kain batik tercipta dari tiga generasi dan tiap generasi punya perbedaan keunikan dan autentik dari masing-masing pembatik,” ujar Irene.
Generasi Muda, Garda Depan Pelestari Budaya
Dalam kesempatan tersebut, Wamen Ekraf juga mengajak generasi muda untuk tidak hanya mencintai batik sebagai fashion item, tapi juga sebagai warisan budaya yang wajib dilestarikan. Ia berharap anak muda bisa menjadi pelopor inovasi batik yang tetap berakar pada nilai tradisi, namun mampu beradaptasi dengan gaya hidup modern.
Kementerian Ekraf pun berkomitmen memberikan perlindungan terhadap karya para pembatik lewat penguatan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). Ini menjadi langkah penting untuk mencegah penjiplakan motif batik oleh negara lain dan menjaga nilai orisinalitas setiap karya pembatik Indonesia.
Pameran 100 Tahun Batik Oey Soe Tjoen
Memasuki usia ke-100 tahun, Batik OST menampilkan lebih dari sekadar koleksi batik. Ia menampilkan potret sejarah yang hidup. Pameran bertajuk “Keteguhan Hati Merawat Warisan” yang digelar di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada 25 Juli – 3 Agustus 2025 menjadi momentum refleksi atas dedikasi dan cinta terhadap batik selama satu abad.
Pengunjung diajak menyelami dunia batik tulis halus yang proses pembuatannya bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan. Melalui pameran ini, Irene berharap semangat para pembatik OST bisa menjadi inspirasi bagi pengrajin muda di seluruh Indonesia untuk terus berinovasi dan mengangkat batik ke kancah dunia.
"Mari, kita sebarkan batik dari Indonesia ke seluruh dunia lewat diplomasi batik," tutup Irene.