Budaya Sebagai Sarana Diplomasi: Pentingnya Hubungan Antarbangsa
Tanggal: 14 Agu 2025 11:25 wib.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menekankan betapa vitalnya kekuatan budaya untuk dijadikan sebagai alat diplomasi yang mampu memperkuat jalinan hubungan antarbangsa. Pernyataan tersebut disampaikan Fadli dalam acara seminar bertajuk "Beyond Borders: Unlocking Potential of the Cultural Diplomacy", yang berlangsung di Jakarta pada hari Rabu.
Fadli menyampaikan bahwa budaya merupakan jembatan yang telah terbukti efektif dalam membangun hubungan internasional, terutama di tengah beragam latar belakang serta budaya yang dimiliki oleh masing-masing negara. Ia menekankan, “Kita semua telah menyaksikan langsung bagaimana kekuatan budaya berperan sebagai instrumen yang efektif dalam memelihara kerjasama antarbangsa. Inilah hal yang sangat dibutuhkan di zaman sekarang,” kata Menbud Fadli.
Indonesia, sebagai negara yang kaya akan keragaman budaya, berkomitmen untuk terus melaksanakan diplomasi berbasis kebudayaan. Diplomasi ini menjadi penting agar Indonesia dikenal lebih luas oleh masyarakat internasional. Fadli juga menjelaskan bahwa diplomasi budaya bukan lagi sekadar topik, namun telah berkembang menjadi metode dan media yang perlu diemban oleh setiap negara. Dalam menghadapi perubahan lanskap global yang begitu cepat, diplomasi budaya menjadi landasan yang strategis.
"Kekayaan budaya yang kita miliki, mulai dari tradisi, bahasa, serta seni, seperti tari dan musik, hingga teater dan kearifan lokal, adalah aset berharga kita. Ini semua dapat menjadi alat untuk menjalin persahabatan serta membangun pemahaman di tingkat global," tambahnya. Oleh karena itu, Fadli mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat aktif dalam diplomasi budaya. Ia mengingatkan bahwa partisipasi dalam diplomasi budaya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi merupakan gerakan kolektif yang melibatkan setiap individu dalam menciptakan ekosistem budaya yang saling mendukung.
“Saya ingin menekankan bahwa diplomasi budaya harus dipahami sebagai tanggung jawab bersama. Setiap orang memiliki peran penting dalam membangun interaksi antarbudaya yang lebih baik,” ungkap Fadli dalam diskusinya.
Kuliah umum ini juga menghadirkan Dr. John Lenczowski, seorang ahli yang merupakan pendiri sekaligus Presiden Emeritus dari The Institute of World Politics. Dalam kesempatan tersebut, Lenczowski menyampaikan pentingnya diplomasi budaya yang harus didasarkan pada kejelasan moral, harmoni antaragama, serta kebenaran. Menurutnya, hal-hal tersebut merupakan fondasi bagi terciptanya keamanan dan perdamaian di tingkat global. “Diplomasi masyarakat harus mengintegrasikan berbagai fungsi, tidak hanya kebijakan luar negeri, tetapi juga mencakup kebijakan informasi, propaganda, dan diplomasi agama. Hal ini semua berperan dalam membangun hubungan yang saling percaya dengan berbagai pemangku kepentingan,” jelasnya.
Acara kuliah umum "Harmony Beyond Borders" ini merupakan bagian dari rangkaian International Conference on Cultural Diplomacy 2025 yang akan diadakan pada tanggal 18-19 November mendatang di Depok, Jawa Barat. Konferensi ini akan menjadi ajang untuk menggali lebih dalam praktik budaya sebagai bentuk diplomasi yang bertujuan menciptakan masa depan global yang lebih inklusif.
Fadli berharap bahwa seminar ini mampu memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai potensi diplomasi budaya sebagai alat untuk menciptakan perdamaian serta pembangunan yang berkelanjutan di seluruh dunia.