BRIN Tawarkan 9 Kolaborasi Riset dengan Negara ASEAN

Tanggal: 23 Jun 2025 13:42 wib.
Indonesia terus berupaya memperkuat posisi riset dan teknologi inovasi di kancah internasional dengan mengusulkan sembilan platform kerja sama riset kepada negara-negara ASEAN. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, setelah pertemuan dengan para menteri yang membidangi sains, teknologi, dan inovasi dari negara-negara Asia Tenggara. Pertemuan tersebut adalah bagian dari acara ASEAN Committee on Science, Technology, and Innovation (COSTI) ke-87 yang berlangsung di Jakarta pada 16–20 Juni 2025.

Dalam wawancaranya, Handoko menekankan bahwa agenda ini bukan sekadar rutinitas, tetapi harus memberikan dampak jangka panjang yang signifikan. "Kami ingin penguatan kolaborasi ini mampu meningkatkan posisi Indonesia di kancah global, sekaligus membuka lebih banyak peluang bagi peneliti kita untuk menjalin kerja sama yang lebih luas," ujarnya di Gedung BRIN B.J. Habibie, Jakarta.

Handoko menjelaskan bahwa sembilan platform kerja sama yang ditawarkan BRIN sudah berjalan dan siap menjadi pijakan bagi negara-negara sahabat di ASEAN. "Dari sembilan platform ini, bidang yang kami garap sangat beragam," imbuhnya, menjelaskan lebih lanjut bahwa kerja sama tersebut mencakup segmen-segmen penting seperti ekskavasi arkeologi, studi biodiversitas darat, serta pengamatan kelautan.

Dalam sektor antariksa, BRIN menawarkan riset terkait teknologi penginderaan jarak jauh yang difokuskan pada pemantauan dan pengamatan wilayah. Di sisi lain, mereka juga melakukan kolaborasi penelitian mengenai objek-objek langit selatan yang sangat menarik bagi negara-negara sahabat. "Fenomena di langit selatan merupakan warisan kolektif yang bisa dimanfaatkan oleh semua negara di kawasan ini," tandas Handoko.

Platform lainnya adalah dalam bidang teknologi nuklir, di mana fokus kerja sama diarahkan pada pengembangan teknologi akselerator dan pengolahan limbah nuklir, termasuk revitalisasi fasilitas yang ada. Handoko juga mengungkapkan inisiatif unik seperti 'Banana for Food', sebuah kolaborasi dalam pengembangan produk berbahan dasar pisang. Ia menjelaskan bahwa sekitar 80 persen sumber genetik pisang dunia berasal dari Indonesia, dan kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan peluang baru di pasar internasional.

Tak hanya itu, BRIN juga mempertimbangkan kerja sama di bidang biologi struktural dan genomik, yang mencakup pengumpulan dan analisis data molekuler dari flora, fauna, dan manusia. Riset ini diharapkan bisa menunjang pengembangan di bidang medis dan kesehatan.

Lebih jauh, Handoko menegaskan bahwa BRIN selama ini telah aktif dalam penelitian terkait teknologi pertahanan dan keamanan, mencakup pengembangan roket, drone, dan inovasi teknologi penting lainnya. Meskipun demikian, aspek-aspek tersebut tidak masuk dalam kategori kolaborasi riset antarnegara ASEAN sebagaimana yang diatur dalam kesepakatan bersama. "ASEAN memang tidak membangun aliansi pertahanan seperti NATO," jelasnya.

Handoko juga menekankan bahwa pengembangan teknologi pertahanan, seperti drone, di Indonesia lebih diarahkan untuk keperluan sipil dibandingkan militer, contohnya pemetaan dan monitoring lingkungan. "Kami percaya bahwa teknik pengembangan drone untuk tujuan sipil jauh lebih menantang daripada untuk keperluan angkatan bersenjata," tambahnya.

Jadi, di tengah ketidakpastian geopolitik saat ini, BRIN berusaha untuk tetap berpegang pada prinsip bebas aktif tanpa terjebak dalam aliansi militer yang dapat melemahkan posisi Indonesia di kawasan ASEAN. Dengan sembilan platform kerjasama ini, Indonesia berharap dapat meningkatkan kolaborasi dan sinergi antar negara sepanjang wilayah ASEAN, menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved