BPBD: 40 Orang Tertimbun Longsor di Tambang Emas Solok
Tanggal: 28 Sep 2024 05:33 wib.
Sebanyak 40 orang penambang emas tertimbun longsor di Nagari Sungai Abu, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Keadaan medan yang sulit di lokasi tersebut menambah kesulitan dalam proses evakuasi korban.
Informasi yang diterima menyebutkan bahwa BPBD Sumatera Barat telah mengonfirmasi bahwa 40 orang penambang emas tertimbun longsor di Solok. Dari jumlah tersebut, 15 orang dilaporkan meninggal dunia akibat kejadian tersebut.
Ilham Wahab, Kabid Rekonstruksi dan Rehabilitasi BPBD Sumatera Barat, menyatakan bahwa "11 orang berhasil dievakuasi ke Pukesmas Talag Babungo. Sementara 4 korban tewas masih berada di lokasi," pada Jumat (27/9/2024).
Tim SAR Gabungan masih dalam proses mencari sekitar 25 orang yang belum ditemukan hingga saat ini. Ilham juga mengungkapkan bahwa jarak yang jauh dan medan yang sulit menuju lokasi kejadian telah membuat proses evakuasi korban menjadi semakin sulit.
Kejadian longsor tersebut terjadi pada Kamis malam, 26 September 2024. Diduga, longsor ini dipicu oleh tingginya curah hujan yang melanda wilayah tersebut.
Kondisi medan yang sulit di lokasi kejadian dan jarak yang jauh yang harus dihadapi oleh Tim SAR Gabungan menunjukkan betapa sulitnya upaya evakuasi korban. Wilayah tersebut dikenal sebagai wilayah yang rawan bencana, terutama longsor, yang disebabkan oleh hujan deras dan kondisi geografis yang rapuh.
Menyadari kondisi tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah preventif yang lebih serius, seperti pengawasan yang ketat terhadap aktivitas pertambangan ilegal dan pendirian shelter evakuasi darurat di daerah rawan bencana. Pencegahan merupakan kunci utama untuk mengurangi dampak buruk dari bencana alam yang dapat terjadi kapan saja.
Penambangan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat dengan keterbatasan pengetahuan dan perlengkapan yang memadai seringkali menjadi pemicu terjadinya bencana. Oleh karena itu, penegakan aturan terkait pertambangan harus ditingkatkan, serta penyuluhan dan pelatihan kepada para penambang mengenai tata cara pertambangan yang aman dan berkelanjutan juga sangat penting dilakukan.
Dalam kondisi darurat seperti ini, kerjasama antara pihak berwenang dengan masyarakat setempat juga sangat diperlukan. Masyarakat sekitar wilayah rawan bencana harus diberikan pemahaman dan pelatihan mengenai tindakan evakuasi dan pertolongan pertama pada korban, sehingga kesadaran dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam dapat meningkat.
Keberadaan pihak BPBD dan Tim SAR Gabungan merupakan aset utama dalam menangani bencana alam. Oleh karena itu, perlu pula adanya peningkatan kualitas SDM, sarana, dan prasarana untuk mengoptimalkan upaya penanganan bencana alam di berbagai wilayah rawan di Indonesia.
Sebagai masyarakat yang saling peduli, kita juga dapat memberikan bantuan dalam bentuk apapun, mulai dari bantuan logistik, tenaga, hingga doa, agar proses evakuasi dan penanganan bencana dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Kejadian ini sekaligus mengingatkan kita semua akan pentingnya keselamatan dalam melakukan setiap aktivitas, terutama di daerah yang rawan bencana. Kepedulian dan kebersamaan dalam menghadapi bencana adalah kunci utama dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan tangguh.